(Tips Blogging) Memilih Warna Blog

Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati.

Sejak kecil, kita sudah akrab dengan warna favorit dari hal-hal yang sederhana. Misalnya waktu masih SD dulu, kalau anak-anak cowok biasanya punya Power Rangers favorit. Atau minimal - Anggota Teletubbies Favorit.

Mencoba Googling "Tubbies Rangers" - Tidak kecewa. Sumber
Hal yang sama juga berlaku buat cewek. Mereka juga sudah pasti akrab dengan yang namanya warna favorit. Tentu saja saya tidak bisa memberikan contoh seperti apa mainan cewek yang akrab dengan warna-warni karena saya cowok yang macho. Saya tidak tahu apa itu mainan bongkar pasang, yang berbentuk dua dimensi dicetak di atas kertas bergambar tokoh cewek atau cowok lengkap dengan baju-bajunya yang bisa diganti-ganti sesuka hati. Yang paling populer tokohnya tentu saja Barbie.

Nah, perihal warna favorit inilah yang biasanya diterapkan setiap blogger di blognya masing-masing. Bagi blogger, persoalan warna adalah persoalan sensitif. Warna bukan cuma menjadi pernyataan, "ini loh warna favorit aku", melainkan bisa jadi warna yang dipilih adalah representasi (perwakilan) dari kepribadian blogger itu sendiri.

Terutama bagi para blogger personal yang sudah menganggap blog sebagai kamarnya sendiri. Sebisa mungkin, tampilan blog disesuakan dengan personality masing-masing. Inilah salah satu hal yang membuat blog sebagai salah satu media sosial lebih menarik daripada media sosial seperti Facebook dan Twitter yang begitu-begitu saja. Maksimal ganti foto cover.

Sayangnya, tidak semua warna cocok menjadi warna tema blog. Ada beberapa warna yang alih-alih bikin blog jadi lebih cantik, yang ada malah bikin pengunjung sakit mata. Misalnya aja warna merah, jingga, kuning, atau hijau yang memang warna-warna ceria dan menyala.

Contoh Warna yang bikin sakit mata
Iya, sayangnya warna-warna yang tidak nyaman di mata itu adalah warna-warna yang justru populer. Namun sekarang ada kabar gembira untuk kita semua! Kulit manggis kini ada... Ah, sudahlah.

Sejak rilisnya windows 8 ke publik, terjadi tren yang cukup populer di kalangan desainer dan netizen yaitu populernya flat icon dan metro design. Apa itu metro design? Kalian bisa membacanya lebih lengkap di halaman wikipedia di sini.

User Interface Windows 8. Sumber: Wikipedia
Meskipun pada awal rilisnya Windows 8 mendapay kritik yang tidak menyenangkan, desain yang mereka hadirkan justru memengaruhi dunia desain, tidak terkecuali dunia desain web (dan blog). Lalu apa hubungannya desain gaya metro dengan tips memilih warna blog? Desain gaya metro ini prinsipnya adalah mengedepankan kontennya sendiri. Desain yang berwarna lembut dan eye catchy akan membuat konten menjadi lebih hidup.

Contoh penerapan warna (klik untuk lihat lebih jelas)
Dari tiga contoh gambar tersebut, teman-teman mungkin sudah dapat gambaran pilihan warna yang lebih nyaman di mata dan yang membuat tulisan lebih gampang dibaca. Untuk memberikan gambaran penerapan warna metro di tulisan, teman-teman bisa melihat contoh berikut:

(Kuning) Pada hari apa kuturut siapa ke mana. Naik apa istimewa kududuk di mana. Kududuk samping siapa yang sedang mengapa. Mengendali apa supaya baik apanya.

(Kuning Metro) Pada hari apa kuturut siapa ke mana. Naik apa istimewa kududuk di mana. Kududuk samping siapa yang sedang mengapa. Mengendali apa supaya baik apanya.

Nah, bagaimana? Sudah lebih jelas lagi kan perbedaannya?

Untuk mengaplikasikan warna-warna metro ini ke blog, kalian bisa mengunjungi web ini (sila atuh di klik). Tinggal pilih warna yang diinginkan, lalu ganti warna lama di blog kalian dengan kode HEX yang kalian dapati di web tadi ke kode HTML kalian.

Oke, segitu dulu, Aliens. Semoga tips singkat ini bisa membantu kalian dalam memilih tampilan blog dan tentu saja lebih semangat lagi di dunia blogging.

Terimakasih sudah membaca. Selamat menunaikan ibadah puasa :)

 Disclaimer: Gambar thumbnail diambil dari instagram @fith101 dengan izin. Klik http://instagram.com/fith101 untuk gambar-gambar keren lainnya.

(Special Review) Surat Cinta dari Berbagai Negara

Itu adalah lepas subuh yang cerah ketika aku memutuskan untuk menemani panitia persiapan Hari Lahir 30 PMR Wismu 05 untuk berjualan di pantai dalam rangka pencarian dana. Garage sale istilah kerennya. Bertempat di Pantai Losari, pukul 06.00 WITA. Oke, mengapa mendadak jadi seperti undangan begini?

Minggu pagi di Pantai Losari
Tak apalah, pikirku. Mumpung itu juga hari Minggu dan aku juga tidak ada kegiatan. Akhirnya ikut juga aku ke sana sama mereka, berjualan baju dan celana luaran yang layak pakai. Kami sampai di sana kurang lebih belum pukul enam pagi. Dengan lincahnya, anak-anak panitia ini langsung mencari tempat yang dirasa pas untuk berjualan.

Kami memilih tempat di pinggir jalan, ya kau tahulah, karena berjualan di tengah jalan itu berbahaya. Kami berjualan di pinggir, lebih aman.

Satu demi satu pengunjung mendatangi lapak kami, ada yang melihat-lihat tanpa membeli, ada juga yang membeli tanpa melihat. Bahkan ada juga, yang tidak melihat dan tidak juga membeli, yaitu orang-orang yang waktu itu masih tidur.

Ada yang unik di jalan sekitar pantai Losari tiap pagi di akhir pekan. Biasanya memang ramai oleh warga yang entah apa urusannya. Entah mencari sarapan, entah mencari pemandangan, atau mencari jodoh.

Ihsan dan jualannya yang belum laku
Jika di ujian semester posisi menentukan nilai, maka di garage sale posisi menentukan jumlah penjualan. Cukup lama kami di sana sampai ada pembeli yang datang sekedar bertanya harga - lalu pergi. Sekarang aku tahu perasaan penjual yang biasa aku tanya harga - lalu pergi.

Untungnya, tepat di sebelah lapak kami ada lapak yang menjual buku. Buku yang dijual ada bermacam-macam, kebanyakan di antaranya buku-buku agama dan buku resep awet pernikahan. Iya, kau harusnya tahu seperti apa isi buku itu tanpa harus aku jelaskan lagi.

Abaikan orang ini
Dari semua buku agama dan resep awet pernikahan itu, ada satu judul buku yang menarik perhatianku. Sebuah buku tipis - tidak terlalu tebal, tidak mencolok tapi begitu menarik perhatian. Sebuah buku berjudul Surat Cinta dari Berbagai Negara karya Yoyok WS. Kalau melihat dari ciri-ciri sampulnya, sepertinya buku ini seangkatan dengan buku Indahnya Surga yang biasa dijual di depan sekolah dasar.

Tanpa pikir panjang, aku langsung meraih buku itu, meski harganya cukup mahal: dua belas ribu rupiah yang itupun masih dikasih potongan karena sang penjual tidak punya uang kecil jadi sepuluh ribu rupiah. Oh, Surat Cinta dari Berbagai Negara, Jangan-jangan kita memang jodoh.

Sampul Epik
Kalau ada yang bilang buku dan tulisan adalah mesin waktu paling sederhana, aku akan mengangguk setuju. Membaca buku ini, kamu akan dibawa ke masa ayah dan ibumu mungkin baru saling berpacaran, atau lebih jauh lagi - PDKT.

Ini buku ajaib. Di dalamnya akan kamu temukan diksi (pilihan kata) yang tidak biasa kamu temui, bahkan di film-film lama Warkop DKI. Baru membaca kata pengantarnya saja, aku sudah berdecak-decak kagum dan tertawa. Beginikah muda-mudi saling berinteraksi dulu? Supaya kamu tidak penasaran, ini aku tuliskan kata pengantar dari buku yang tidak biasa ini.

Dari berbagai perkenalan yang menimbulkan percintaan bagi muda-mudi akan meramu timbulnya kisah-kisah percintaan. Sejuta kisah yang melahirkan gebyar bunga-bunga bunga-bunga hati, namun tak jarang pula harus mengakhirinya dengan rasa pahit. Bunga-bunga asmara yang begitu warna-warni ternyata dapat dijadikan sebagai memori kehidupan dan dapat dijadikan cerita untuk anak cucu.

Surat-surat cinta adalah memori dan sebagai tanda bukti yang historis. Maka layaklah bila berkas-berkas percintaan masa remaja tersusun rapi.

Kamu jangan terpaku oleh kisah yang akan diketahui oleh anak cucumu. Tetapi yang terpenting bagaimana kamu menurunkan susunan surat yang baik untuk ditiru. Surat yang indah tak perlu harus disembunyikan walau datang dari seberang lautan atau mancanegara. Ini adalah kisah menawan.

Hai remaja, ukirlah coretan penamu serapi, sebaik, seindah, dan sesopan mungkin. Baik itu untuk teman dalam negeri maupun teman di luar negeri. Kiranya apa yang kamu tulis akan menunjukkan sebagian kepribadianmu.

Berhati-hatilah. . . . .

Penyusun

Buku ini berisi surat-berbalas-surat dari dua orang sahabat - atau gebetan - atau sepasang kekasih yang sedang LDR. Waktu itu pasti belum banyak yang memiliki handphone apalagi e-mail. Menilik isinya, akan kau temui diksi yang tidak biasa seperti yang aku tuliskan di atas tadi seperti "gebyar bunga-bunga hati", "jawa dwipa", "wartaku", "salam manisku", sampai mungkin, diksi yang tidak kamu bayangkan ada dalam KBBI! (Oke, ini lebay)

Seperti surat dari Susiawan K. untuk Ida F. berjudul, "Dari Kasih di Amerika" ini:

Sayangku... Bagaimana infomu di Jawa Dwipa ini? Lama banget kamu tak kirim info kepadaku, apa sudah lupa ya? Eee... Bagaimana kamu ini, jangan begitu ah! Ditinggal tujuh bulan saja kok sudah tak setia begitu, awas ya entar kujitak tujuh kali bila aku sudah kembali. Don't forget me!

Surat mas Susiawan lalu dibalas oleh Ida dalam surat yang berjudul, "Balasan dari Tanah Air". Untuk mas Susiawan di Pengasingan.

Salam manisku,
Info yang kau kirim telah aku terima dengan baik. Demikian pula dengan warta orangnya, semua lagi fit.
Sebelumnya sorry Mas, karena kurang cepatnya kabar yang kukirimkan. Bukannya aku lupa oleh situasi baru di bumi Nusantara. Namun karena beberapa faktor yang tak memungkinkan aku melayangkan secarik kertas padamu....
...Terus terang saja, Mas. Aku tak bisa mengusir rasa kesepianku setelah ditinggal Mas ke Amerika. Banyak sudah tempat-tempat hiburan yang kudatangi untuk membuang kesepian dan menghibur diri agar tetap ceria, namun usaha ini hanya menghabiskan uang saja dan hasilnya nihil....

Bagaimana? Manis sekali kan? Masih mau lagi?

Baiklah, ini potongan surat dari Najib Ahmed di Kuwait untuk Nur Laila di Garden Flower.

Di sela-sela tugasku di kilang minyak Kuwait ini kusempatkan kirim informasi untuk Lailaku. Aku hanya bisa berharap serta berdo'a agar ente dapat karunia Allah sehingga masih dalam keadaan sehat wal afiat. Amien.....
...
Lain dari itu, gelegak rindu rasanya tak dapat kubendung lagi. Ibarat bom, hanya tinggal waktu kapan rindu ini akan diledakkan. Namun aku hanya ingin mengirimkan bom-bom rindu yang berskala kecil saja, saya takut ente tak tahan akan goncangannya...

Seperti tadi, surat ini akan dibalas juga oleh Nur Laila kepada Najib Ahmed. "Balasan ke Negeri Minyak" judulnya.

...
Pujaan hatiku... Dirimu yang jauh tak membuatku menyurutkan dian cinta. Meskipun ada sesuatu yang kurasakan hilang dariku, namun aku berusaha teguh. Tentu saja lain jika sang doi berada di sampingnya dengan doi yang jauh di seberang lautan. Ya... Kelainan ini hanya kebiasaannya saja, tetapi hatinya kan tetap, iya kan?

Satu lagi ya. Judulnya, "Memadukan Hari untuk Sahabat Lama dari Ujung Pandang".

Buat:
Sahabat Anis Marselina
di Wisma Bidadari

Salam hangat-hangat selalu,
Dik Anis yang caem... Gue sampein met ngelamun aja! Rupanya lu tak bosan-bosan menggambar di udara, apa lu tak takut nyasar ke alam gaib? Entar lu jadi astronot di dalam maya! Akh... ini hanya mainan/intermeso aja lho, Dik! Tapi, masih lebih mending ngelamun daripada terlalu banyak ngambek. Kalau terlalu banyak ngambek entar caemnya luntur kayak kain sarung yang lagi kecuci, pucat!

Terus terang aja deh. Kemarin ketika gue datang ke rumah lu, kenapa kok cemberut aja? Tapi tak apalah, makin cemberut makin... Cuantik rasanya. Gue juga senang lho ngeliatin gadis cantik yang lagi gituan. Jika lu nggak marah sebentar saja, gue malah jadi kangen banget dan akan mencari-cari kapan kamu bisa begitu. Kalau lu marah rasanya tambah manis banget, Tapi, betapa lebih cantiknya kalau lu suka tersenyum. Lagi pula banyak senyum ibarat buah banyak zat gulanya, tambah manis bukan? Nah, apakah lu nggak kepingin seperti itu? Gue aja yang cowok gini ingin selalu tersenyum, apalagi cewek manis semacam lu. Entar gue akan datang, senyum dikit dooooong! Gitu lho, asyiik!

Dik Anis yang amboi... Bolak-balik gue datang ke rumah lu. Hampir-hampir gue hafal jumlah kerikil di halaman rumah lu. Wajah lu pun makin terasa melekat di hati gue, rasanya lengket kena lem. Apa lu juga merasakan itu?! Apakah lu juga mau menempeli hati gue dengan potret wajah lu yang imut-imut itu? Andai saja "ya" betapa indahnya dunia ini. Aku pun merasa bangga.

Di dalam surat berjudul, "Untuk Cowok dari Jawa Barat", dik Anis yang manis dan imut-imut membalas:

Yang Top:
Bang Hendrawan
di tempat

Dengan hormat,
Menerika kontak surat kamu yang ceplas-ceplos tapi menyenangkan ini aku betul-betul merasa happy banget. Ini bukan berarti lampu hijau buat kamu, jangan merasa GR dulu, Ya... Biasa-biasalah. Andaikan ini sebuah buku, pembukaan semacam ini baru pada tahap pengantar atau pendahuluan saja. Untuk itu kamu perlu meyimaknya dan menbacanya secara rinci, teliti, dan memahaminya hingga bagian akhir. Makanya duduk yang apik, santai, dan serius.

Sebelum aku menyampaikan pandanganku, eh... Kayak anggota DPR saja...
Sebenarnya aku agak malu pakai surat-suratan, kayak anak muda aja, ha ha ha... Eh ngapain sih tidak langsung aja di hadapanku, mau ya? Kalau mungkin sebaiknya langsung face to face saja. Jangan-jangan orang mengira kamu kurang jantan. Tentu kurang enak kan?
...
 Maafin aku kalau apa yang kau inginkan melalui kertas ini tidak menjadi kenyataan. Namun lewat daratanlah kamu akan memperoleh jawaban. Untuk itu kehadiranmu di rumahku selalu kutunggu. Met Jumpa ama aku...

Bagaimana? Sudah terbayang epiknya buku ini? Aku tidak bisa menulis banyak-banyak soal pandangan tentang buku yang tidak tahu kapan terbitnya ini. Bahkan di google aku coba mencari info soal buku ini, tidak ada satu petunjuk pun. Masih banyak keepikan lain di dalam buku ini. Tepat di saat aku kira buku ini sudah habis, ternyata ada halaman ekstra berisi nasehat untuk muda-mudi yang sedang dilanda badai cinta dan asmara agar bunga-bunga kerinduan bersama si doi itu bersemi senantiasa:

Nasehat Muda-mudi:
  1. Jangan egois.
  2. Bersikap dewasa
  3. Berusaha Mandiri
  4. Saling percaya dan mengerti
  5. Tidak memperbesar persoalan
  6. Sabar

Begitulah. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi mereka. Sekarang jika LDR, kita tinggal suka skype, kita sudah bisa video call. Bahkan hampir semua aplikasi chat di smartphone sudah mendukung video call. Kita dapat saling melihat saat itu juga. Tidak perlu menulis panjang-panjang untuk doi, dan tidak usah menunggu lama untuk dapat surat balasan, bahkan tidak perlu khawatir surat itu nyangkut di pagar orang seperti kekhawatiran dik Anis dalam suratnya.

Atau mungkin justru mereka yang senang dengan keadaan seperti itu? Apa mereka yang senang menunggu datangnya balasan surat dengan kekhawatiran terlebih dahulu: Apakah surat yang kau kirimkan sudah dia terima dan dia baca? Atau sudah dia baca, namun tidak ingin membalasnya?

Tyar di Makassar, 5 Juli 2014