Date In Heritage?

Date In Heritage?


Seminggu sebelumnya, yaitu saat aku, Utun, dan Rani sedang menjadi panitia lomba mewarnai anak TK dan SD, maksudku lomba mewarnai yang diikuti oleh anak TK dan SD, sudah janji sama Rani bahwa kami akan membantunya jadi panitia kegiatan bertajuk Date In Heritage. Itu, kalau Kalian mau tahu adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengenalkan peninggalan dan hal-hal lain tentang Makassar dan kerajaan Gowa yang dibungkus dengan tema kencan.
Peserta yang sudah mendaftar akan dibuat saling berpasangan, satu orang cowok dan satu lagi perempuan. Mudah-mudahan mereka belum saling kenal. Kemudian mereka akan ditugaskan memecahkan teka-teki yang membawa mereka ke sebuah lokasi (kami menyebutnya pos). Ketika sampai di pos, mereka akan diberikan pertanyaan dan mereka boleh menjawabnya jika mau dapat hadiah.

Aku datang setelah sebelumnya SMS-an sama Utun yang tidak jadi ikut. Makan dulu biar tidak lapar. Lalu berangkat ke sana, ke Balla Lompoa yang letaknya di luar kota Makassar, di Kabupaten Gowa. Balla Lompoa, yang saya tahu diambil dari kata bahasa Makassar, Balla yang berarti rumah dan Lompo yang berarti besar. Di dalam bahasa Makassar, jika ada akhiran "a" pada setiap kata, biasanya berarti "yang", jadi secara harfiah Balla Lompoa berati rumah yang besar.
(Percayalah, itu adalah rumah terbesar yang pernah aku lihat)

Sesampai di sana, aku sadar aku salah kostum. Aku pakai baju merah yang ternyata sudah disepakai bahwa peserta diharuskan mengenakan baju merah. Untungnya hari itu aku bawa baju ganti. Pantas saja sebelum berangkat, Rani SMS, "Kamu tidak pakai baju merah kan?". Ternyata itu maksudnya. Hampir saja aku dikira peserta.

Peserta Date In Heritage
Ada lima pos yang dibagikan, sesuai kesepakatan, pos ini dirahasiakan kepada peserta. Biar nanti mereka cari sendiri sesuai petunjuk. Pos itu antara lain makam Sultan Hasanuddin, mesjid tua Katangka, Makam Syech Yusuf, Makam Karaeng Patingalloang, dan Balla Lompoa sendiri. Aku kebagian di posko Makam Karaeng Patingalloang. Berdua di sana. Sama cowok. Iya, sama cowok.

Ketika aba-aba mulai sudah dimulai(?), kami panitia juga langsung bergegas ke posko masing-masing. Para peserta sudah dibagi menjadi delapan pasangan.

Makam Karaeng Patingalloang terletak di kompleks makam Arung Palakka. Aku ingin kalian tahu bahwa itu adalah pertama kali aku mendatangi makam tokoh-tokoh yang cuma aku kenal nama. Aku sempatkan berziarah ke makam Arung Palakka terlebih dulu. Di dalamnya ada bekas lilin berwarna merah. Dingin juga karena makamnya terbuat dari batu yang tidak saya tahu batu apa.

Dan oh, kalau kalian tanya siapa itu Arung Palakka, saya tidak bisa menjawab banyak cari saja di Google. Google baik dan banyak tahu.

Saya merasa asing dengan semua tokoh yang ada di makam itu, kecuali Karaeng Patingalloang yang secara acak menjadi posku untuk bertugas. Kawanku, Ahlul selalu bercerita banyak tentang tokoh ini. Biar kuceritakan sedikit padamu juga. Karaeng Patingalloang adalah seorang cendekiawan asal kerajaan Gowa. Ia menguasai banyak bahasa asing, termasuk di antaranya bahasa Perancis, Yunani, Belanda, Arab, dan lain-lain. Kalau tidak salah, ia menguasai 17 bahasa! Kata Ahlul lagi, Karaeng Patingalloang adalah Galileo-nya Makassar. Kabarnya, dia punya teropong yang dibuat oleh Galileo!

Cukup lama saya berduaan sama kawan baruku itu, yang ditugaskan sama-sama menjaga pos Karaeng Patingalloang, sampai akhirnya pasangan pertama datang.

"Selamat datang, Teman-teman. Kalian pasangan pertama yang tiba di pos ini!", kataku menyambut mereka. Di depan makam.
"YEAH!", mereka semangat. Aku juga.
"Saya akan  memberikan kalian pertanyaan yang harus kalian jawab untuk maju ke pos berikutnya. Kalian boleh menggunakan media apa saja untuk mencari jawabannya. Boleh tanya ke pengelola, atau tanya ke google, atau kalau punya ilmu lebih bisa tanya ke penghuni-penghuni kompleks makam ini", kataku ke mereka. Pertanyaanpun aku kirimkan lewat LINE, karena begitulah ketentuannya. Lumayan untuk menambah teman juga.


Awas jangan diganggu! Mereka lagi double date!
Begitulah kurang lebih selama delapan kali. Menyenangkan kecuali peserta belum datang. Aku jadi mengkhayal sendiri di kompleks makam itu sambil sesekali melihat ke arah Gedung Miring Phinishi Universitas Negeri Makassar yang bisa terlihat dari situ.

Senang? Iya. Aku senang. Menemui orang-orang baru di makam bukan pengalaman yang bisa aku rasakan setiap hari. Juga senang karena pengetahuanku tentang Makassar dan sejarahnya jadi bertambah. Tentang Karaeng Patingalloang, sang cendekiawan sejak muda itu. Aku senang meskipun di kompleks makam itu tidak ada wi-fi seperti yang kami harapkan sejak awal supaya hemat kuota, senang meskipun cuma sebentar.

Mudah-mudahan kegiatan seru seperti ini bisa lebih dikenal daripada tawurannya. Beginilah Makassar, beginilah kota kami, yang di TV sering diberitakan kalau bukan demo ya tawuran. Tidak apa-apa kalau kamu juga mengira Makassar seperti itu. Kalau kalian mau, datanglah. Nanti kutemani makan coto atau konro, jalan-jalan sambil nge-sunset di pantai Losari kalau mau, cari oleh-oleh di jalan Somba Opu kalau mau, atau kalau kamu sedang di Makassar, besok kita ke Makassar International Writers Festival di Benteng Fort Rotterdam. Ada banyak penulis yang akan datang ke sana.
Date In Heritage?
4/ 5
Oleh

17 komentar

  1. Pertamax. Cool juga kalau benar-benar kencan di situs heritage. *brb update to do list (pura-pura lupa kalau tidak ada yang mau diajak).

    Btw, saya suka baris-baris terakhirnya. Volunteer MIWF-kah? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha. Cari dulu yang mau diajak baru kencan di sana....

      Bukan, Om. Lagi nyari teman ini buat ke sana...

      Hapus
  2. Mas bagian yang mengatur mereka mas? panitia nih? wah..
    Makasar ya ohh, keren.

    BalasHapus
  3. Wahseru.. dibalik kengeriannya (dapat gambaran di TV). Makasar tetaplah indah dan menakjubkan, baik itu pemandangan serta makanannya. Walaupun belum pernah kesana, tapi saya punya beberapa teman di Unhas. Hem semoga esok bisa main2 kesana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makassar emang ngeri, Mas. Mendingan jangan datang. Hihi.
      Wah, saya juga anak Unhas, Mas. Haha. Kenal di mana sama mereka?

      Hapus
  4. ya kalau pun ada wifi di makam siapa juga yang bakal pake, paling pengunjung juga gak terlalu banyak, hehehe memang sih itu udah lumrah, yang jelek2 selalu diomongin org yang baiknya gak pernah diomongin, tapi aku yakin makassar keren, seru juga acaranya ya, ada kencan segala, hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siapa tahu aja kan ada yang mau nongkrong di makam biar antimainstream? Hehe.
      Iya nih, sering banget tuh dengar curhatan teman-teman yang kuliah di luar kadang jadi bahan bully kalau ada berita yang jelek di TV. Tapi ya sudahlah. Biarin aja TV emang suka gitu :)

      Hapus
  5. wanjis baru kali ini tau ada ide kayak gini. Enak ya di makasar banyak peninggalan2 bersejarah gitu, kota gue dikit :')
    Iya, makassar yang diberitain di TV juga soal demo mulu, padahal gue tau di sana gak gitu amat (temen dari makassar yg cerita).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang kotanya di mana, Mas Capung? Hehe.
      Kalau demo emang sering sih, tapi kota lain juga sering demo. Tapi buat TV, demo di Makassar lebih menjual...

      Hapus
  6. Wah ji (bukan Pak Haji), rame sekali keliatannya itu kegiatan. Wah ji (bukan Bu Haji), jadi terbayang lagi gedung lancipnya Phinishi. Makin keliatan anggun mungkin ngeliat gedung ini dari jauh. Eh tapiiii

    aaaaaaakkkkk ada Makassar Writer Festival lagi !!!!!

    Haaaaaah pengen datang tapi ya gitu masih sibuk masuk universitas. Tapi yang cukup mengobati sih besok bakal Dewi Lestari di acara Kaltim Book Fair. Ini momen emas buat ketemu penulis andalan. Hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha. Keren ki toh? Makanya jadwalkan mi main ke Makassar pas dekat-dekat MIWF, pasti seru! Atau pas Makassar Traditional Games Festival. Pasti seru!

      Ciyee yang mau sekali mi jadi mahasiswa. Haha.
      Salam sama mbak Dee nah :D

      Hapus
  7. waaa.. terharu bgt baca closing statement nya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi. Makasih sudah baca, Sus :)
      Btw kamu sudah jarang mosting ih ~

      Hapus
  8. beneran ne kalo datang ke makassar diajakin makan coto?
    hohohoh....

    betewe serem ah date in kuburan

    BalasHapus
    Balasan
    1. dateng aja dulu. hihi :))

      ih nggak serem kok, yang serem kalau pacarnya jelek nanti malah dikira setannya.

      Hapus
  9. pasti seru tuh jadi panitia,he
    artikelnya bagus kreatif mas

    BalasHapus

Halo! Terima kasih sudah meninggalkan komentar. Mohon maaf untuk sementara, komennya saya moderasi dulu ya karena banyaknya komen spam yang masuk.
EmoticonEmoticon