Hujan, Jangan ki' Marah, Plis

Hujan, Jangan ki' Marah, Plis

YAHHHHHUUUU
Wat sap! Everybody?!
Telah datang postingan yang sudah kalian tunggu-tunggu!
(dan sebuah botol air mineral melayang mengenai kepalaku)
Oke. Let's go serious.
Hujan Jangan Marah

Hujan, jangan ki' marah plis! Bukan, bukan karena saya benci sama kita'! Bukan! Dengar ka' dulu. Jangan saya terus yang dengar ki suara ta' yang memantul di atap. Sekarang duduk ki' dulu, mau ka' cerita. Hujan, dengar ka' dulu. Mau ka' cerita.

Saya sayang ki', Hujan. Di antara banyak fenomena alam, buat ku' kita' satu yang istimewa. Iya, memang sering jeka' juga mengumpat kalau datang ki'. Pernah ki' jatuh cinta? Iya, memang kayak toh kalau orang jatuh cinta? Ada saling sukanya, ada juga saling marahnya. Sekarang, saya sayang ki', Hujan!

Hujan. Tahu ndak sudah berapa tahun saya tinggal di rumah ku yang sekarang? Iya, sekarang tahun ke tujuh. Mau ka' jujur, setiap satu tahun ada satu momen yang paling tidak saya suka dari kita'. Ine:

Rumah Air

Iya, ngerti meki' sekarang?
Saya ndak tahu kenapa setiap tahun terjadi hal yang kayak gini. Banjir. Ndak enak we! Kotor sekali, ndak nyaman, bukan seharusnya rumah itu nyaman? Saya tahu ji kita' mau bertamu. Tapi bukannya tamu juga ndak boleh masuk ke rumahnya orang tanpa izin? Bukan, bukan karena saya benci ki'. Saya sayang jeki', Hujan! Jangan meki' masuk ke rumah. Di luar rumah meki' main. Becanda, menari, habis itu kita liat pelangi. Asik ji toh?

Halaman

Iya, ini halamanku, Hujan. Dari sini bisa jeki' liat toh? Tinggi permukaannya hampir setengah pintu. Dan kalau mau ki' tahu, itu ruang tamunya rumahku lebih rendah dari ruang yang lain di rumah. Di situ juga ada kamarnya adek perempuan sama maceku. Masa' tega ki' liat ki mereka berdua kedinginan dan kena air kotor? Tidak toh?

Ini kalau ndak percaya ki', ruang tamunya rumahku. Liat mi sendiri

Ruang Tamu

Liat meki' sendiri! Sudah mi, Hujan. Jangan ki' marah plis! Bukan. Bukan saya usir ki'. Datang meki' kapanpun kita' mau. Tapi jangan ki' marah. Jangan ki' kayak gini. Ndak tahu ini banjir keberapa mi sejak saya sekeluarga pindah ke sini. Minta maafka' kalau pernah ada salahku' sama kita'. Maaf kalau sering ka' juga umpat ki', tapi serius, Hujan. Jangan ki' marah plis.
Hujan, Jangan ki' Marah, Plis
4/ 5
Oleh

8 komentar

  1. Sekarang duduk ki' dulu, mau ka' cerita. Hujan, dengar ka' dulu. Mau ka' cerita.

    dak tau mauka ketawa atau prihatin baca ini postingan...
    tpi jujur iiyaa,,, ketawa2ka bacaki, lucu,,,,hihihi

    BalasHapus
  2. hmmm...
    turut berduka...
    sempat k' lupa tentang keluhan mu yang ini...
    karena hujan lebat terakhir yang saya tanyakan, waktu itu kw bilang rumah mu baik-baik saja...

    ternyata masih berlangsung...
    saya kira sudah nda...

    yang tabah Adit....
    slamat beres2...

    tapi tau tidak...
    ada hikmahnya ini buat kw..

    apa kw sadar selama ini kw lebih banyak di luar rumah daripada dalam rumah???
    apa kw sadar kalo rumahmu bersih, indah, asri, dan tenang itu selalu kw abaikan???

    bukan karena kebencianmu terhadap hujan yang menyebabkan hal itu terjadi sama rumahmu..
    mungkin rumahmu hanya ingin tau..
    rumahmu hanya sekedar ingin tahu, apakah kalau dia berada dalam situasi buruk, kotor, basah,kw masih mau memperhatikannya?
    rumahmu hanya sekedar ingin tau, apakah kw sungguh ingin tinggal di dalamnya?

    jadi jangan salahkan hujan...
    karena hujan terlalu indah untuk kw jelek-jelekkan...

    BalasHapus
  3. Aduh Prihatin ka' ini bro. Sebagai pawang hujan, terpanggil hatiku'
    Siapkan mami nanti gula merah sama kelapa muda

    BalasHapus
  4. @ Isma: Hahaha. Mau ketawa boleh, mau prihatin juga boleh. Apalagi kalau keprihatinannya diperlihatjan dengan bawakan makanan. Tena mo.

    @ Tharie: Ine sudah ma' menyet sama hujan eh di postingan ini

    @ Bhendjhen: Tunggu dulu. Kenapa sesimpel itu syaratnya? Yang kuharapkan apa kek, darah ayam hitam atau apakah. Kenapa kayak menu buka puasa?

    @All: Yang kpmentar di blog ini wajib saling mengenal satu sama lain loh! Kenalan sendiri mi nah!

    BalasHapus
  5. ow sorry bro. salah menu ka'. Saya kirim kan syarat orang mau belajar mengaji.

    BalasHapus
  6. oh.. begini toh BTP !
    hmm
    hmm..
    kasian Salon Yonsky

    BalasHapus
  7. @ Bhendhenn (Susahnya ditulis namamu): Ededeh. Ndak lulus mata kuliah perdukunan kayaknya. Coba ambil spesialis ramalan cuaca!

    @ Alvidha: Bukan BTP seluruhnya kok. Cuma sebagian. Salon Yonski ndak nyampe ji. Salon, perlengkapan rebonding dan gas LPGnya tidak akan terkena efek apapun.

    BalasHapus
  8. @ Tyar: dirimu inih selalu saja menghindar....

    BalasHapus

Halo! Terima kasih sudah meninggalkan komentar. Mohon maaf untuk sementara, komennya saya moderasi dulu ya karena banyaknya komen spam yang masuk.
EmoticonEmoticon