Spentipool ke Smunel

Spentipool ke Smunel

Juli 2005. Juli selalu saja jadi bulan Favorit saya. Tahun ini saya meninggalkan SMP Negeri 30 Makassar. SMP yang mungkin tidak terlalu tenar di kalangan kawan-kawan semua. Katanya sih di daerah pedalaman. Tapi apa pun kata orang-orang, saya bangga pernah bersekolah di sana. Ditambah lagi, hampir lebih dari 20 anak yang berasal dari sana diterima di SMA yang kemudian menjadi sekolahku, salah satu sekolah menengah unggulan di kota ini - SMAN 5 Makassar. Padahal saya tidak terlalu berharap diterima di sini, dan pada malam sebelum tes pun saya hanya berjalan-jalan mengunjungi teman yang bernama Andi Wahyuddin untuk sekedar mengisi waktu. Padahal besoknya kami berdua sudah harus ikut tes. Persiapan ikut tes? Jangan ditanya! Hampir tidak pernah saya belajar untuk mengikuti tes itu. Sewaktu pendaftaran pun saya hanya ikut-ikutan sama teman yang lain. Sehari sebelum tes, saya dan seorang sahabat ke calon sekolah ini untuk cek ruangan. Ternyata saya dan kawan-kawan yang lain ditempatkan pada kelas yang sama. Kelas yang setahun kemudian saya tempati - gedung XI IPS 1.
Pagi hari, tes sebentar lagi dimulai, saya dan kawan-kawan yang lain duduk sebaris, dan sangat beruntung, saya duduk di depan. SIAL! Saya pun akhirnya frustasi.
Lembaran tes dibagi, dan karena "spesial", di sini ada soal IPA-nya. Tidak seperti sekolah-sekolah yang lain. Dialog dengan soal pun dilakukan.
Bahasa Inggris - Saya sudah diajari dengan sangat baik - Lancar.
Bahasa Indonesia - Syukurlah Bu Munirah dan Pak Syamsu Alam adalah guru yang hebat, meskipun kata beberapa orang, Bu Munirah itu MENYERAMKAN dan SEKKE'. Tapi bagi saya, Bu Munirah sungguh saya sukai. Nilai saya suka tinggi soalnya. 9-lah.
Matematika - Musuh besar saya! Blank luar biasa. Cuman bisa ngerjain sedikit. Syukurlah ada Sang Jaya yang kasih contekan - Sedikit lancar meskipun saya tahu Jaya juga tidak terlalu pintar di Matematika. Standarlah. Alhasil, kurang lancar.
Biologi - Teman baik saya. Pak Lahasse', Bu Sehaliana, dan Bu Rosmini adalah guru yang hebat. Soal tentang hormon dan lain-lain pun dilahap.
Fisika - Mantan teman baik saya. Semenjak tidak diajari oleh Bu Aisyah, saya dan Fisika sudah tidak bersahabat lagi. Walaupun saya dulu sangat menyenangi Fisika, semuanya sudah berubah sekarang. Soal kenapa saya dan Fisika bisa tidak bersahabat mungkin akan saya kuceritakan lain kali - Tapi kali ini, cukup Lancar.

Hari Pengumuman, saya dan ayah keluar untuk beli koran. Saya tidak terlalu antusias. Bahkan telah mengantongi uang untuk beli formulir di SMAN 21 Makassar. SMA yang sebenarnya saya minati. Koran sudah di tangan, buka bagian pengumuman tes SMA. Ayah mengamati nomer tes satu persatu. Saya hanya menunggu di sampingnya. Sesaat kemudian, ayah menghadap ke arah saya dan dengan senyuman khasnya, yang ku tahu menyembunyikan kekecewaan ia berkata "Tidak ada nomer mu, Nak.".
Saya yang di sampingnya hanya tersenyum dan membatin "Sudah saya duga sejak awal. Saya juga tidak berharap diterima di sana."
Tapi hal itu hanya tertinggal di tenggorokan dan tidak sampai diungkap.
"Coba pinjam korannya, ku cari nomer-nomernya teman ku. Siapa tahu saja ada yang lulus."
Kutelusuri satu persatu mulai dari awal. Di deretan ke sembilan saya merasa sedikit aneh, saya sepertinya mengenali nomer ini. Kuperhatikan baik-baik. Kecewa bercampur semuanya. "Nomerku".
"Ini nomerku" Kataku pada ayah. Pelan.
"Ah, Mana?!" Tanya ayah tak percaya.
"Ini!"
"Iyah, ini nomermu. Tadi tidak kulihat baik-baik. Barisan awal memang tidak saya perhatikan" Hanya itu tanggapannya.

Penelusuran kulanjutkan, dan saya kemudian tersenyum mendapati nomer yang juga ku kenal
"Ini nomernya Andi Wahyuddin"
Cerita Putih Abu - Abu . Punya Siapa Ini ?!

Cerita Putih Abu - Abu . Punya Siapa Ini ?!

5 Januari 2006. Hari terakhir rangkaian Diklatsar In-door PMR Wismu 05-205 Makassar angkatan XXIII.
Sedang bersiap-siap untuk menghadapi hari terakhir: Konflik yang semalam belum diselesaikan, belum pasti semua lulus atau tidak, dan.. perebutan lambang yang berarti juga hak dan kewajiban sebagai anggota PMI. Di kamar cowok, kami Adityar (well also known as Andis Ichsan Mahmud on Facebook/Me), Kelik Ismi (Well Also known as Asai Aryasah on Facebook), Muhammad Fithrah, Andi Abdul Rahman, Deddy Alif Utama (yang sempat kami pertimbangkan untuk jadi ketua umum di kepengurusan kami nantinya), Setia Negara B.T (yang tidak pernah kami pertimbangkan untuk jadi ketua umum), Andi Akram, Abdul Rahman (Aman/Abdul), Yoel, dan Rahmatullah (sang peserta tertidur) sedang merapikan segala sesuatunya: jemuran yang sebenarnya tidak pernah dicuci, sarung apek yang bergelantungan, handuk yang telah dipakai bergantian, jaket yang dikenakan tiap pagi untuk olahraga dan tak pernah dibersihkan, pakaian basah bau bukan buatan, serta tali jemuran yang tak sanggup menopang jemuran kami. Sungguh bagai pengungsian korban bencana alam.
Saat sedang asyik merapikan kamar, masuklah Bang Jack (Tri Jaka Perkasa) ke dalam kamar yang belum sempat kami bersihkan seluruhnya. "Mungkin untuk menyelesaikan konflik semalam" itulah yang ada di dalam pikiran kami. Pertama hanya Bang Jack saja yang memasuki ruangan, lalu diikuti oleh beberapa alumni lain, dan semua peserta cewek. "Apa-apaan ini? Kenapa peserta cewek dibawa ke sini?! Bukankah ada peraturan yang melarang hal itu?! Tapi biarlah. Kami tak peduli". Briefing dimulai. Saya sudah tak ingat betul siapa yang mengambil alih briefing dan apa isinya. Tapi pembahasannya tak jauh dari kejadian semalam.
Pembahasan berlangsung, tapi ada suara-suara bising yang tak jelas dari arah peserta cewek, di sana ada Izna, Rhiny, Anhie, dkk, entah soal apa. Semuanya menjadi jelas setelah Bang Jack angkat bicara dan mengangkat sesuatu yang jelas sangat sakral "Siapa punya ini? Mengaku kohh!!".
"ASTAGA!!! APA ITU!!! LUAR BIASA!!!"
Sebuah segitiga pengaman (baca: dalaman cowok berwarna biru tua dan masih agak basah) menggantung di antara jemari telunjuk dan jempol Bang Jack. Kontan kami terkejut bukan buatan.
Siapakah pemilik asli dari benda sakral itu? Hingga saat ini masih menjadi misteri..
Inilah para tersangka yang tak punya alibi:
A) Tyar/Andis Mahmud (dikenal tidak teratur dan tidak peduli dalam berbagai hal)
B) Kelik/Asai (orangnya memang rapi dan teratur, tapi dalam situasi panik dan di antara ketidakterauran, bisa saja dia menjadi teledor)
C) Fithrah (tidak jauh berbeda dengan Tyar/Andis, suka menaruh barang di sembarang tempat)
D) Rahman (biru adalah warna favoritnya)
E) Deddy (ada gangguan dengan penglihatan, mungkin saja ia tidak melihat dalaman itu dan lupa memasukkan dalam tas)
F) Egha (gabungan dari Tyar+Fithrah+Deddy)
G) Akram (tak jauh berbeda dengan Tyar dan Fithrah)
H) Yoel dan Aman (selama rangkaian diklat, mereka sangat pendiam, mungkin mereka menyembunyikan sesuatu)
I) Rahmat (sangt Peserta Tertidur, mungkin karena keasikan tidur, ia lupa merapikan perlengkapannya)
---------
Siapakah kandidat anda?
Cerita Putih Abu - Abu . Benar - Benar Memalukan !

Cerita Putih Abu - Abu . Benar - Benar Memalukan !


Hari itu hari Sabtu, sehabis melaksanakan Sabtu Bersih Lingkungan, masuklah kami di pelajaran pavorit bagi beberapa orang: Bahasa Indonesia.
"bla.bla.bla.bla"
Bu Guru menerangkan dengan gaya klasik seorang guru yang sukses membuat kami bosan. Muncullah suara-suara parau dari belakang kelas
"Tyar, habis mie waktunya!!" bisik Theo
"Iyo kahh" balasku. "Yakin kohh?! Hari Sabtu ine, ndak sama jadwalnya sama hari-hari lain!"
"Iyo! Liat mekohh jam berapa mie?! Mau Kohh dimarahi lagi sama Pak Atang gara-gara terlambat!?" Lanjutnya semakin meyakinkan
Si Aspin pun ikut-ikutan "Iyo, Tyar! Habis mie!!Bilang mekohh!!"
Saya makin tak yakin, tapi sepertinya teman-teman yakin betul.
"Woi, habismie! Nanti dimarahiki' lagi kayak minggu-minggu lalu!!" sambung Ayus, diikuti celotehan Bowo, Abid, Utun, dan lain-lain.
"Tyar! Bilang kohh ke ibu! Kau Tommieh KETUA KELAS!!" Sambung mereka lagi
"Tar" Kupanggil Tharie yang juga tak kelihatan seperti memperhatikan penjelasan sang guru.
"Bilang kohh ke ibu, habismie waktunya!"
"Kau mohh!!" tolaknya mentah-mentah. Lama kelamaan kelas makin ribut dan gelisah.
"Bu, habis waktu.. Bu, Habis..!!" celoteh teman-teman di belakang. Akhirnya saya pun menyampaikan aspirasi mereka dengan gagah berani
"Bu, maaf. Waktunya sudah habis." kataku pelan agak keras
"SIAPA YANG BILANG?!" sang guru terlihat tidak senang.
"SIAPA YANG BILANG WAKTU SUDAH HABIS? INI HARI SABTU! JAM SEGINI MASIH LANJUT! MASIH ADA LIMA BELAS MENIT!!" saya dan teman-teman panik
"SIAPA YANG BILANG?? ANGKAT TANGAN!! KALIAN INI KURANG SOPAN!!"
Terdengar lagi celotehan bodoh dari bangku belakang "Siapa bilang itu'ehh? Angkat tangankohh!! Siapakah itu tadi'?!"
Saya pun mengancungkan tangan tinggi ke atas. Disusul oleh Tharie. Dan teman-teman yang lain bisa ditebak, pura-pura tidak tahu dan pura-pura tidak terjadi apa-apa. Sungguh mejengkelkan.
"Mana ini Theo', Ippank, Ayus, sama yang lain'ehh. Dia tommieh yang pakarammula. Masa' saya jie sama Tharie yang kena?!" pikirku dalam hati.
Singkat cerita, saya dan Tharie dipanggil ke meja guru dan diceramahi. Kami tak bisa mengelak. Alhasil..
"Berdiri di sana!!" perintah ibu
"WHAT THE?! Berdiri? Ayolah, ibu pasti bercanda! Hukuman berdiri itu untuk SD sama SMP. Saya? Kurang dua bulan lagi tamat SMA disuruh berdiri di depan kelas?! Bukan sakitnya, Bu! Malu!! Sama teman-teman kelas sih tidak masalah. Sama anak-anak yang lewat depan kelas baru naliat ki' begini? Mate mie jah!"
Akhirnya, saya didampingi Tharie berdiri sangat romantis di depan teman-teman yang begundal tak tahu diri ini. Kupandangi Ippank yang senyum seakan tak terjadi apa-apa. Sehabis itu, kulimpahkan kemarahan padanya habis-habisan. Bukan karena apanya, dia yang paling semangat tadi!
Sungguh kenang-kenangan yang tak pantas dikenang seusai SMA nanti.


Tukang Jagal, Kambing Dan Isi Perutnya !

Tukang Jagal, Kambing Dan Isi Perutnya !

Darah-darah bercucuran,
Nyawa-nyawa menguap,
Meninggalkan sedih dan tawa dunia,
Meninggalkan hidup,
Pergi Entah ke mana,

Yah,, hari ini Idul Adha, salah satu hari raya favoritku, jelas saja!! Semua orang suka Idul Adha. Ya ndak?

Seusai melaksanakan Shalat Ied, saya dan salah seorang teman baik saya, Azwar berencana mengusir kebosanan hari ini dengan menyaksikan secara LIVE tayangan penyembelihan hewan kurban di MEsjid Favorit kami: Mesjid Baitul Maqdis

Rencana pun kami jalankan, di sana kami bertemu dengan salah seorang kawan (yang sering tidak kami akui): Kautsar.
Dan Prosesi penyembelihan akan di mulai, satu persatu hewan kurban dikeluarkan dari salah satu ruangan di WC yang dijadikan kandang kambing sementara, seperti sekolah Muhammadiyahnya Andrea Hirata saja.

Pak Parno (samaran; aslinya saia ndak tau) memulai ritual dengan sedikit pengantar, doa dan ucapan terima kasih pada sang penyumbang kurban. Lalu sebilah parang panjang, tajam, dan berani didekatkan ke leher salah seekor sapi yang telah tergeletak, terikat tak berdaya di bawahnya. Parang: Sebuah momok yang sangat menakutkan.

Kini giliran sang kambing.
Ponding menahan kepala,
Tilar menahan bagian perut (tepatnya menekan),
dan yang laen turut membantu, dan saya tentu menjalankan peranan saya dengan baik: menonton dengan sangat kalem

Parang dijulurkan ke leher sang korban.
Lalu perlahan parang tajam tadi mengiris, menyayat tenggorokan dan pembuluh darah. Mengalirkan darah merah segar: tragis.

Terjadi hal di luar dugaan:
Tilar sepertinya terlalu menekan perut sang kambing tadi, lalu secara tiba-tiba:
CROTTT!!!!
kotoran kambing berwarna hijau tua (kerena belum diproses di saluran ekskresi) menyembur keluar dari leher kambing yang telah robek tadi, memenuhi pakaiannya dari badan hingga tangan. Bau tak sedap mengudara. Dan kami tertawa.

PUWAS!!!

TERHIBUR!!!

Dan Tilar berjalan menuju tempat wudhu,
Membersihkan jasmaninya...





ADITYAR ICHSANUL MAHIDIN: SANG JAGAL 212