Mengejar #Ambisiku


Di tahun 2016 ini, kayaknya frasa, "anak muda" dan "bisnis" adalah dua kata yang begitu sering saya dengar di manapun. Nongkrong sama teman misalnya, pasti di antara obrolan ngalur ngidul itu ada satu dua obrolan tentang bisnis. Tentang peluang bisnis inilah, peluang bisnis itulah. Iya sih, kayaknya di era informasi kayak gini, peluang bisnis sudah terbuka makin lebar untuk siapa saja. Makanya, tidak susah bagi saya dan kayaknya kita semua untuk menemukan pebisnis dari berbagai kalangan usia dan latar belakang. Ada yang kuliah sambil berbisnis, ada yang ngaryawan sambil bisnis, ada juga yang bisnis sambil bisnis - alias punya lebih dari satu bisnis.

Bisnis mereka pun beragam dan kreatif-kreatif, contohnya kayak bisnis cake super unyu punya teman saya ini: Soul Cakes Shop by Lisdawanti (Instagram: www.instagram.com/soulcakesshop)

Cakenya unyu beud ga sih?
Atau kayak bisnis minuman bubble-bubble kekinian Happy Bubble punya Wahidah, teman SMA saya. (Instagram: www.instagram.com/happybubbleofficial)

Segar kali yah jam istirahat minumnya ini
Dan tidak mau ketinggalan, si pacar juga mulai berbisnis sejak lulus kuliah tahun lalu. Doski sekarang punya online shop jilbab/hijab gitu. Doski memilih Instagram sebagai media promosi, nah supaya calon pembeli ini makin yakin sama koleksi hijabnya, maka kami memutuskan untuk memotret sendiri koleksi produknya. Ini hasilnya:

Kunjungi Instagram @HijabTaste untuk galeri lengkap
Dari cerita mereka, bisa dibilang bahwa modal yang terbatas memang menjadi hambatan utama dalam memulai bisnis. Tapi bagi mereka, ambisi tidak boleh sekedar jadi mimpi, tapi harus dikejar.

Saya pun akhirnya tidak mau kalah, karena ambisi jadi model kalender hot sudah tidak mungkin dikejar, maka saya akhirnya memilih untuk memulai mengejar ambisi membangun layanan fotografi dan videografi di Makassar. Bersama 4 orang yang kesemuanya belum menikah, ambisi ini mulai kami kejar.

Project prewedding pertama saya - konsep, foto, dan editing by me. Harap maklum XD
Nah, pas banget usaha baru kami ini lagi panas-panasnya, teman saya mengajak untuk ikutan Festival #Ambisiku yang diadakan oleh Tri, salah satu provider besar di Indonesia. Katanya, ada sharing dan peluang gitu deh. Tanpa babibu, saya langsung mengiyakan.

Festival #Ambisiku sendiri diadakan di 3 kota besar di Indonesia: Yogyakarta, Makassar, dan Bandung. Di Makassar, acara ini berlangsung pada tanggal 23 - 25 September 2016 di Trans Studio Mall Makassar.

Mejeng dulu di totem #AmbisikuMakassar
Nah, event ini ada 5 acara besar, 1) Kejar Ambisiku yang dikhususkan untuk mereka yang ingin memulai dan mengembangkan bisnisnya. Nanti akan ada mentoring dari mentor berpengalaman, dukungan pengembangan dari Tri, dan perluasan jaringan bisnis ke 56.5 juta pelanggan Tri dan jaringan internasional kelompok bisnis CK Hutchison Holdings, 2) Talkshow inspiratif dari pelaku bisnis lokal dan nasional, 3) Workshop, 4) Bazaar produk kreatif anak muda Makassar, dan 4) Musik dan seni, pastinya.

Nah, di antara banyak rangkaian acara itu, saya tertarik dengan salah satu workshop yang dibawakan oleh Mattuju, perusahaan manajemen kreatif berbasis di Makassar dengan tema workshop Memanfaatkan Ruangan dan Media yang Ada untuk Foto Produk. Pas banget sama Ambisi yang ingin saya kejar!


Bazaar #AmbisikuMakassar
Memasuki area event, kami disambut oleh pameran produk dan bisnis kreatif anak muda Makassar. Di kiri kanan terlihat jajaran produk dari makanan hingga fashion yang kreatif dan unik-unik semua.

Mereka yang mejeng dengan totem #AmbisikuMakassar yang disebar di beberapa titik di kota Makassar
Ambisi anak muda Makassar, dari yang ingin segera berbisnis dan ingin segera dilamar
Workshop yang kami ikuti dipandu oleh Adhar, fotografer Mattuju. Adhar sharing bagaimana cara memanfaatkan media dan ruangan yang terbatas untuk foto produk yang tetap bagus dan kekinian. Selain sharing bagaimana membuat foto produk yang menarik, kami juga diajari membuat DIY super mini studio (sumpah ini istilah saya ngasal bikinnya biar kedengaran keren saja) supaya bisa membuat foto produk yang menarik dengan keterbatasan ruangan dan media.

Adhar Mattuju berbagi tips membuat foto produk
Kami diajari membuat mini studio untuk foto produk dengan bahan dasar kardus, karton, kertas kalkir, dan lampu belajar. Kardus berfungsi sebagai rangka utama mini studio, lampu belajar sebagai sumber cahaya utama, karton sebagai background foto, dan kertas kalkir berfungsi sebagai diffuser cahaya sehingga cahaya lampu belajar tidak terlalu keras dan jadi lebih rata.

Salah seorang peserta workshop membuat mini studio
Ternyata, membuat mini studio tidak sesulit yang kami bayangkan. Caranya gampang. Tinggal membuat lubang di sisi kiri kanan kardus, menempeli kertas kalkir di lubang yang sudah dibuat, menempatkan kertas karton sebagai background, maka jadilah mini studio kita.

DIY Mini Studio
Setelah mini studio ini selesai, kami pun bergantian mencoba memotret produk. Hasilnya? Meskipun dibuat dengan barang-barang seadanya, ternyata hasilnya cukup memuaskan dan yang pasti - Instagrammable. Yang terpenting kata Adhar adalah angle, komposisi, dan editing nantinya. Untuk editing, saya sepakat sama Adhar untuk menggunakan Snapseed di Android dan iOs. Selain gratis, toolsnya juga lengkap. Kita bisa menggunakan selective tools untuk mengedit bagian-bagian foto tertentu tanpa merusak bagian foto yang yang lain.

Contoh hasil foto dengan kamera handphone.
Gimana?
Cukup bagus kan hasilnya? DIY mini studio ini cocok untuk kalian yang punya produk tidak terlalu besar. Selama ini sih, kami memotret koleksi produk secara outdoor, di bawah sinar matahari langsung. Hasilnya sebenarnya cukup bagus, tapi berhubung intensitas cahaya matahari yang berubah-ubah dan karena musim hujan sudah mulai masuk, kami pun kepikiran untuk membuat mini studio juga.

Kamu juga harus coba!

Seusai mengikuti workshop, kami berkeliling melihat jajaran produk yang dipamerkan di bazaar sambil tentu saja - mencari jajanan pengganjal perut.

Tumming dan Abu
Orang Makassar mana sih yang tidak kenal Tumming dan Abu? Kalian yang sudah pernah nonton film Uang Panai' juga pasti sudah kenal dengan dua sosok ajaib ini. Dengan logat Makassar mereka yang kental, mereka memang telah berhasil mencuri perhatian para netizen. Mereka memang sering membuat video komedi di Instagram dan Youtube, dan sejak main film Uang Panai', popularitas mereka meroket.


Tumming dan Abu di #AmbisikuMakassar
Yang keren menurut saya dari Tumming dan Abu adalah, mereka menjadi diri mereka sendiri di depan kamera. Mereka sharing dan memberikan motivasi bagi anak muda Makassar untuk tetap aktif dan kreatif. Di antara semua guyonan absurd mereka, saya mencatat satu buah kalimat yang diucapkan oleh Tumming, "Bekerja sesuai apa yang kalian suka". Kerja sesuai passion.

Ciyee passionpreneur ciyee


Fandy WD on Stage
Selain kedatangan para pelaku bisnis kreatif lokal dan nasional, festival #AmbisikuMakassar juga kedatangan para pelaku seni dan musik. Ada The Overtune (musik), Ina Waloni (pelaku seni), Gio Idol, dan lain-lain. Hari itu, kami dihibur oleh penampilan apik dari Fandy WD, seorang loop musician, ituloh, musisi yang biasanya tampil sendiri dengan musik loop (berulang-ulang). Soal loop music ini sendiri banyak yang sering mengira lip sync karena melihat seorang penyanyi sendirian dengan suara musik yang rame dan kadang-kadang ada backing vokalnya. Padahal itu mah kerjaan musisinya sendiri di panggung dengan alatnya yang lebih rumit daripada hubungan tanpa kejelasan.

Talkshow hari itu ditutup oleh Kevin Osmond dari Printerous, dan berbagai rupa perusahaannya yang lain. Kevin Osmond memang adalah seorang seial entrepreneur dengan berbagai bisnis yang dikelolanya.

Kevin Osmond sharing mengembangkan startup di #AmbisikuMakassar
Meskipun sudah malam, peserta terlihat antusian memerhatikan pemaparan Kevin Osmond. Barangkali karena pemaparannya yang lengkap dari bagaimana memulai bisnis hingga mengembangkannya disertai sharing pengalamannya mengelola berbagai bisnisnya.

Satu hal yang beberapa kali Kevin Osmond ulangi hari itu adalah, "konsistensi". Konsistensi dalam menyatakan ide itu menjadi satu langkah besar: memulai.

Nah, Kevin juga berbagi tips untuk kita yang baru memulai bisnis untuk eksperimen pasar dengan mengikuti bazaar. Gunanya adalah mengetes kesesuaian produk kita dengan selera pasar, sebelum kita memutuskan apakah produk kita sudah sesuai dengan keinginan pasar atau belum, mana yang harus diperbaiki sebelum melakukan promosi dan pemasaran yang lebih besar lagi. Ini bisa dilakukan dengan membuka stand di pameran makanan atau pameran produk.

Kevin menutup sesinya dengan mengutip Steve Jobs, "Stay Hungry, Stay Foolish".

Pulang dengan semangat
Hujan malam itu tidak mematikan semangat kami, para pemateri hari itu kayaknya sukses membakar semangat kami untuk mengejar ambisi kami masing-masing. Nah, untuk kalian yang punya ambisi dan ide bisnis, kalian bisa mengikuti program #KejarAmbisiku. Kalian yang terpilih akan mendapatkan mentoring dan bantuan pengembangan bisnis dan jaringan loh dari Tri Indonesia.

Jadi, apa ambisimu?