(Special Review) Surat Cinta dari Berbagai Negara

(Special Review) Surat Cinta dari Berbagai Negara

Itu adalah lepas subuh yang cerah ketika aku memutuskan untuk menemani panitia persiapan Hari Lahir 30 PMR Wismu 05 untuk berjualan di pantai dalam rangka pencarian dana. Garage sale istilah kerennya. Bertempat di Pantai Losari, pukul 06.00 WITA. Oke, mengapa mendadak jadi seperti undangan begini?

Minggu pagi di Pantai Losari
Tak apalah, pikirku. Mumpung itu juga hari Minggu dan aku juga tidak ada kegiatan. Akhirnya ikut juga aku ke sana sama mereka, berjualan baju dan celana luaran yang layak pakai. Kami sampai di sana kurang lebih belum pukul enam pagi. Dengan lincahnya, anak-anak panitia ini langsung mencari tempat yang dirasa pas untuk berjualan.

Kami memilih tempat di pinggir jalan, ya kau tahulah, karena berjualan di tengah jalan itu berbahaya. Kami berjualan di pinggir, lebih aman.

Satu demi satu pengunjung mendatangi lapak kami, ada yang melihat-lihat tanpa membeli, ada juga yang membeli tanpa melihat. Bahkan ada juga, yang tidak melihat dan tidak juga membeli, yaitu orang-orang yang waktu itu masih tidur.

Ada yang unik di jalan sekitar pantai Losari tiap pagi di akhir pekan. Biasanya memang ramai oleh warga yang entah apa urusannya. Entah mencari sarapan, entah mencari pemandangan, atau mencari jodoh.

Ihsan dan jualannya yang belum laku
Jika di ujian semester posisi menentukan nilai, maka di garage sale posisi menentukan jumlah penjualan. Cukup lama kami di sana sampai ada pembeli yang datang sekedar bertanya harga - lalu pergi. Sekarang aku tahu perasaan penjual yang biasa aku tanya harga - lalu pergi.

Untungnya, tepat di sebelah lapak kami ada lapak yang menjual buku. Buku yang dijual ada bermacam-macam, kebanyakan di antaranya buku-buku agama dan buku resep awet pernikahan. Iya, kau harusnya tahu seperti apa isi buku itu tanpa harus aku jelaskan lagi.

Abaikan orang ini
Dari semua buku agama dan resep awet pernikahan itu, ada satu judul buku yang menarik perhatianku. Sebuah buku tipis - tidak terlalu tebal, tidak mencolok tapi begitu menarik perhatian. Sebuah buku berjudul Surat Cinta dari Berbagai Negara karya Yoyok WS. Kalau melihat dari ciri-ciri sampulnya, sepertinya buku ini seangkatan dengan buku Indahnya Surga yang biasa dijual di depan sekolah dasar.

Tanpa pikir panjang, aku langsung meraih buku itu, meski harganya cukup mahal: dua belas ribu rupiah yang itupun masih dikasih potongan karena sang penjual tidak punya uang kecil jadi sepuluh ribu rupiah. Oh, Surat Cinta dari Berbagai Negara, Jangan-jangan kita memang jodoh.

Sampul Epik
Kalau ada yang bilang buku dan tulisan adalah mesin waktu paling sederhana, aku akan mengangguk setuju. Membaca buku ini, kamu akan dibawa ke masa ayah dan ibumu mungkin baru saling berpacaran, atau lebih jauh lagi - PDKT.

Ini buku ajaib. Di dalamnya akan kamu temukan diksi (pilihan kata) yang tidak biasa kamu temui, bahkan di film-film lama Warkop DKI. Baru membaca kata pengantarnya saja, aku sudah berdecak-decak kagum dan tertawa. Beginikah muda-mudi saling berinteraksi dulu? Supaya kamu tidak penasaran, ini aku tuliskan kata pengantar dari buku yang tidak biasa ini.

Dari berbagai perkenalan yang menimbulkan percintaan bagi muda-mudi akan meramu timbulnya kisah-kisah percintaan. Sejuta kisah yang melahirkan gebyar bunga-bunga bunga-bunga hati, namun tak jarang pula harus mengakhirinya dengan rasa pahit. Bunga-bunga asmara yang begitu warna-warni ternyata dapat dijadikan sebagai memori kehidupan dan dapat dijadikan cerita untuk anak cucu.

Surat-surat cinta adalah memori dan sebagai tanda bukti yang historis. Maka layaklah bila berkas-berkas percintaan masa remaja tersusun rapi.

Kamu jangan terpaku oleh kisah yang akan diketahui oleh anak cucumu. Tetapi yang terpenting bagaimana kamu menurunkan susunan surat yang baik untuk ditiru. Surat yang indah tak perlu harus disembunyikan walau datang dari seberang lautan atau mancanegara. Ini adalah kisah menawan.

Hai remaja, ukirlah coretan penamu serapi, sebaik, seindah, dan sesopan mungkin. Baik itu untuk teman dalam negeri maupun teman di luar negeri. Kiranya apa yang kamu tulis akan menunjukkan sebagian kepribadianmu.

Berhati-hatilah. . . . .

Penyusun

Buku ini berisi surat-berbalas-surat dari dua orang sahabat - atau gebetan - atau sepasang kekasih yang sedang LDR. Waktu itu pasti belum banyak yang memiliki handphone apalagi e-mail. Menilik isinya, akan kau temui diksi yang tidak biasa seperti yang aku tuliskan di atas tadi seperti "gebyar bunga-bunga hati", "jawa dwipa", "wartaku", "salam manisku", sampai mungkin, diksi yang tidak kamu bayangkan ada dalam KBBI! (Oke, ini lebay)

Seperti surat dari Susiawan K. untuk Ida F. berjudul, "Dari Kasih di Amerika" ini:

Sayangku... Bagaimana infomu di Jawa Dwipa ini? Lama banget kamu tak kirim info kepadaku, apa sudah lupa ya? Eee... Bagaimana kamu ini, jangan begitu ah! Ditinggal tujuh bulan saja kok sudah tak setia begitu, awas ya entar kujitak tujuh kali bila aku sudah kembali. Don't forget me!

Surat mas Susiawan lalu dibalas oleh Ida dalam surat yang berjudul, "Balasan dari Tanah Air". Untuk mas Susiawan di Pengasingan.

Salam manisku,
Info yang kau kirim telah aku terima dengan baik. Demikian pula dengan warta orangnya, semua lagi fit.
Sebelumnya sorry Mas, karena kurang cepatnya kabar yang kukirimkan. Bukannya aku lupa oleh situasi baru di bumi Nusantara. Namun karena beberapa faktor yang tak memungkinkan aku melayangkan secarik kertas padamu....
...Terus terang saja, Mas. Aku tak bisa mengusir rasa kesepianku setelah ditinggal Mas ke Amerika. Banyak sudah tempat-tempat hiburan yang kudatangi untuk membuang kesepian dan menghibur diri agar tetap ceria, namun usaha ini hanya menghabiskan uang saja dan hasilnya nihil....

Bagaimana? Manis sekali kan? Masih mau lagi?

Baiklah, ini potongan surat dari Najib Ahmed di Kuwait untuk Nur Laila di Garden Flower.

Di sela-sela tugasku di kilang minyak Kuwait ini kusempatkan kirim informasi untuk Lailaku. Aku hanya bisa berharap serta berdo'a agar ente dapat karunia Allah sehingga masih dalam keadaan sehat wal afiat. Amien.....
...
Lain dari itu, gelegak rindu rasanya tak dapat kubendung lagi. Ibarat bom, hanya tinggal waktu kapan rindu ini akan diledakkan. Namun aku hanya ingin mengirimkan bom-bom rindu yang berskala kecil saja, saya takut ente tak tahan akan goncangannya...

Seperti tadi, surat ini akan dibalas juga oleh Nur Laila kepada Najib Ahmed. "Balasan ke Negeri Minyak" judulnya.

...
Pujaan hatiku... Dirimu yang jauh tak membuatku menyurutkan dian cinta. Meskipun ada sesuatu yang kurasakan hilang dariku, namun aku berusaha teguh. Tentu saja lain jika sang doi berada di sampingnya dengan doi yang jauh di seberang lautan. Ya... Kelainan ini hanya kebiasaannya saja, tetapi hatinya kan tetap, iya kan?

Satu lagi ya. Judulnya, "Memadukan Hari untuk Sahabat Lama dari Ujung Pandang".

Buat:
Sahabat Anis Marselina
di Wisma Bidadari

Salam hangat-hangat selalu,
Dik Anis yang caem... Gue sampein met ngelamun aja! Rupanya lu tak bosan-bosan menggambar di udara, apa lu tak takut nyasar ke alam gaib? Entar lu jadi astronot di dalam maya! Akh... ini hanya mainan/intermeso aja lho, Dik! Tapi, masih lebih mending ngelamun daripada terlalu banyak ngambek. Kalau terlalu banyak ngambek entar caemnya luntur kayak kain sarung yang lagi kecuci, pucat!

Terus terang aja deh. Kemarin ketika gue datang ke rumah lu, kenapa kok cemberut aja? Tapi tak apalah, makin cemberut makin... Cuantik rasanya. Gue juga senang lho ngeliatin gadis cantik yang lagi gituan. Jika lu nggak marah sebentar saja, gue malah jadi kangen banget dan akan mencari-cari kapan kamu bisa begitu. Kalau lu marah rasanya tambah manis banget, Tapi, betapa lebih cantiknya kalau lu suka tersenyum. Lagi pula banyak senyum ibarat buah banyak zat gulanya, tambah manis bukan? Nah, apakah lu nggak kepingin seperti itu? Gue aja yang cowok gini ingin selalu tersenyum, apalagi cewek manis semacam lu. Entar gue akan datang, senyum dikit dooooong! Gitu lho, asyiik!

Dik Anis yang amboi... Bolak-balik gue datang ke rumah lu. Hampir-hampir gue hafal jumlah kerikil di halaman rumah lu. Wajah lu pun makin terasa melekat di hati gue, rasanya lengket kena lem. Apa lu juga merasakan itu?! Apakah lu juga mau menempeli hati gue dengan potret wajah lu yang imut-imut itu? Andai saja "ya" betapa indahnya dunia ini. Aku pun merasa bangga.

Di dalam surat berjudul, "Untuk Cowok dari Jawa Barat", dik Anis yang manis dan imut-imut membalas:

Yang Top:
Bang Hendrawan
di tempat

Dengan hormat,
Menerika kontak surat kamu yang ceplas-ceplos tapi menyenangkan ini aku betul-betul merasa happy banget. Ini bukan berarti lampu hijau buat kamu, jangan merasa GR dulu, Ya... Biasa-biasalah. Andaikan ini sebuah buku, pembukaan semacam ini baru pada tahap pengantar atau pendahuluan saja. Untuk itu kamu perlu meyimaknya dan menbacanya secara rinci, teliti, dan memahaminya hingga bagian akhir. Makanya duduk yang apik, santai, dan serius.

Sebelum aku menyampaikan pandanganku, eh... Kayak anggota DPR saja...
Sebenarnya aku agak malu pakai surat-suratan, kayak anak muda aja, ha ha ha... Eh ngapain sih tidak langsung aja di hadapanku, mau ya? Kalau mungkin sebaiknya langsung face to face saja. Jangan-jangan orang mengira kamu kurang jantan. Tentu kurang enak kan?
...
 Maafin aku kalau apa yang kau inginkan melalui kertas ini tidak menjadi kenyataan. Namun lewat daratanlah kamu akan memperoleh jawaban. Untuk itu kehadiranmu di rumahku selalu kutunggu. Met Jumpa ama aku...

Bagaimana? Sudah terbayang epiknya buku ini? Aku tidak bisa menulis banyak-banyak soal pandangan tentang buku yang tidak tahu kapan terbitnya ini. Bahkan di google aku coba mencari info soal buku ini, tidak ada satu petunjuk pun. Masih banyak keepikan lain di dalam buku ini. Tepat di saat aku kira buku ini sudah habis, ternyata ada halaman ekstra berisi nasehat untuk muda-mudi yang sedang dilanda badai cinta dan asmara agar bunga-bunga kerinduan bersama si doi itu bersemi senantiasa:

Nasehat Muda-mudi:
  1. Jangan egois.
  2. Bersikap dewasa
  3. Berusaha Mandiri
  4. Saling percaya dan mengerti
  5. Tidak memperbesar persoalan
  6. Sabar

Begitulah. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi mereka. Sekarang jika LDR, kita tinggal suka skype, kita sudah bisa video call. Bahkan hampir semua aplikasi chat di smartphone sudah mendukung video call. Kita dapat saling melihat saat itu juga. Tidak perlu menulis panjang-panjang untuk doi, dan tidak usah menunggu lama untuk dapat surat balasan, bahkan tidak perlu khawatir surat itu nyangkut di pagar orang seperti kekhawatiran dik Anis dalam suratnya.

Atau mungkin justru mereka yang senang dengan keadaan seperti itu? Apa mereka yang senang menunggu datangnya balasan surat dengan kekhawatiran terlebih dahulu: Apakah surat yang kau kirimkan sudah dia terima dan dia baca? Atau sudah dia baca, namun tidak ingin membalasnya?

Tyar di Makassar, 5 Juli 2014
(Special Review) Surat Cinta dari Berbagai Negara
4/ 5
Oleh

15 komentar

  1. aaaaaakkkk.... mau juga dikirimin surat cinta yang kayak gituuuu.. sweet banget :3
    sayangnya dizaman serba modern dan serba instan ini, udah nggak ada lagi yang namanya balasan surat.
    paling via surel .. hedeww :3
    malahan kata-katanya lebih kerenan zaman dahulu, lebih lembut dan nggak terang-terangan, tapi maknanya dalem :3

    BalasHapus
  2. HUAHAHAHAHAHAHAH.. DIK ANIS YANG CAEM
    kampret hahahahahah gilakaaa -_-

    BalasHapus
  3. Baca suratnya lucu, padahal zaman ABG dulu sering susuratan tapi enggak pakai pengantar gitu. Hoho. Salam kenal, Tyar. Apa berminar mempraktekkannya juga? Gimana acara garage sale-nya, sukses? Eh, malah melantur.
    Tapi kalau urusan asmara yang dibikinkan buku lumayan juga, bisa jadi harta karun berharga bagi generasi selanjutnya agar ada pedoman harus gimana dalam pergaulan, terutama cinta-cintaan.

    BalasHapus
  4. Bener Kak Tyar, mereka LDR-annya strong abis! Kebayang lamanya nunggu balasan surat melewati pulau-pulau bahkan lautan yang terhampar luas. Apalagi beda negara, aduh. Kalo aku udah tersiksa banget kayaknya.

    Tapi itu isinya emang so sweet. Satu-satunya surat cinta yang aku dapet itu zaman SD. Itu pun nyimpennya takut ntar dimarahin sama mama. Hiiii kok pengen ketawa jadinya.

    Kasian juga ya Kak penulisnya. Bukunya dicari sekarang susah. Ya begitulah penulis di Indonesia. Susah banget dihargai. Beda banget sama di luar negeri. Sekecil apa pun karya, mereka sangat dihargai.

    BalasHapus
  5. Surat cinta berbagai negara??
    Hmmm baru baca nih, dan gue belum terlalu maksut, cuman gue tau kok tentang surat berbagai negara, ini didalem nya membahas bagaimana tentang indah nya percintaan bukan?? huhhh ngawur aja gue.

    Tapi seru juga bang baca nya. Nice :D

    BalasHapus
  6. hahahaha puitis betul tulisannya, kayaknya kata kata jaman dulu emang kayak gitu. sekarang kata kayak gitu malah sudah jarang dipakai. sampulnya juga gituu banget ya, kayak buku TTS haahah

    aaaaak jadi kangen dengan pantai losari. itu rambutnya kak tyar kok gitu gitu aja sih, nggak pernah diptong apa gimana itu -_-

    BalasHapus
  7. pake surat ? Mungkin udah jarang ya,,, tapi surat cintamu keren bro,,salutt

    BalasHapus
  8. gimana caranya orang beli tanpa melihat? ya kali juga jualan di tengah jalan. gua ngakak deh bacanya :))

    tulisannya puitis banget. suasananya terasa banget romantis meski ada yang LDR gitu, kata-katanya juga lembut. keren ya buku nya.

    gua baru pertama ni dteng ke blog ini, salam kenal bro. kalo berkenan saling follback :D

    BalasHapus
  9. wah iya ya.. gak kebayang dulu susahnya LDR.. nulis surat, nunggu, galau, mungkin merasa di php.. tapi kalo ada balesan seneng banget..
    beda sama sensasi kalo nerima sms, chat dijaman sekarang...

    BalasHapus
  10. Setuju banget tulisan atau buku itu adalah mesin waktu yang sederhana.

    Tapi asik juga ya bisa tahu diksi-diksi lama yang sekarang udah agak terlupakan dan dikucilkan entah karena emang gak tahu atau karena gengsi pake diksi jadul.

    Asik banget ternyata cara berkasih orang dulu

    BalasHapus
  11. cieeee foto yang 'abaikan orang ini' cieee...hehehe...

    emang sih bukunya bisa diliat dari covernya yang kecenya level jadoel...hehehe..tapi bagus juga diksi diksi jaman dulu, bisa tuh buat disisipin lagi saat kita bikin cerpen ato naskah romance...asik ya di sana...kapan ya gue bisa ke Makasar...pasti pantai pantainya bagus bagus ya Dit... *salahfokus

    BalasHapus
  12. Hahahahahahahh.
    Lucu juga ya kalo dibayangin.
    Tapi asoy abis dah kalo masih kayak gitu. Yang ditulis benar-benar hal yang ingin disampaikan. Dan yang pasti gak bakal ada yang cuma balas pake "Y" aja :))

    BalasHapus
  13. Wuih kerenn.. Buku jadul ya. Haha... Asik juga membaca surat cinta orang lain, kalo di zaman sekarang mungkin namanya stalking. Haha..
    Tapi beneran suratnya keren, ada rayuan2 jadul gitu. Haha

    BalasHapus
  14. Duh, ini buku jaman apaan? Kaya' novel-novel dan roman picisan jaman bapak-ibuku dulu deh.
    Soalnya pernah baca buku gituan juga.
    Ya, dilihat dari covernya emang gitu sih. Apalagi typologi dan jenis font yang dipake, kayanya udah beda banget jamannya.

    Tapi, sukses lah review-nya. :)

    BalasHapus
  15. wihh bukunya keren banget,,isi surat cinta dari berbagai negara ini romantis sekali ya,,,hhe sukses ya buat reviewnya :)

    BalasHapus

Halo! Terima kasih sudah meninggalkan komentar. Mohon maaf untuk sementara, komennya saya moderasi dulu ya karena banyaknya komen spam yang masuk.
EmoticonEmoticon