Pulang dari Makassar International Writers Festival

Pulang dari Makassar International Writers Festival

Aku kira tidak ada yang lebih menyiksa ketimbang kebelet yang ditahan-tahan, dan tak ada yang lebih indah ketimbang kebelet yang terbayarkan.
(Adityar - 2013)

Sore sudah mau berganti jadi Maghrib sewaktu aku memutuskan meninggalkan lokasi perkemahan di SMAN 10 Makassar lalu ke sana, ke tempat bernama Fort Rotterdam, benteng peninggalan zaman perang Belanda.

Aku tahu zaman perang sudah lama selesai. Aku ke sana bukan untuk mengangkat senjata melainkan untuk bergabung dengan warga Makassar lain untuk mengikuti Makassar International Writers Festival. Sebuah kegiatan yang mempertemukan penulis-penulis nasional dan internasional dengan kita, makhluk pribumi yang biasa. Di sana, mereka akan berbagi seputar dunia kepenulisan dan kalau kau beruntung, kau akan berkesempatan melihat mereka membacakan puisi-puisinya. Aku tidak seberuntung itu.

Sejak kali pertama diadakan, kemarin adalah kesempatan pertamaku untuk mengikuti kegiatan keren ini. Pun, aku cuma dapat event penutupan.
"Tak apalah", batinku. "Siapa tahu di sana ketemu cewek cakep"

Aku berangkat dengan sebuah sepeda motor yang sudah lama tidak dicuci. Lumpur dan debu turut menghiasi badannya, berdebu bak bahu lelaki yang sudah lama tidak disandari. Mesin motor kupacu, aku ingin cepat meninggalkan gedung sekolah ini menuju Rotterdam, aku benar-benar tidak ingin terlambat. Lagipula aku sedang kebelet dan di sekolah ini WC-nya sedang ramai.

Kebelet buang air kecil adalah sebuah siksaan yang Tuhan sengaja ciptakan untuk mengerjai Makhluk-Nya. Ketika kau kebelet, darah akan mengalir naik ke ubun-ubun, menjadikan kepalamu panas, lalu pori-porimu akan melebar semua, tanganmu bergetar, dan kandung kemihmu, sadar ataupun tidak sadar akan melakukan kerja yang lebih keras ketimbang biasanya.

Di jalan, mataku menyisir dan menghitung kemungkinan tempat dan apapun yang dapat dijadikan tempat penyaluran hasrat kebelet ini. SPBU dan mesjid adalah tempat favorit. Apapun rumah warga, pohon, dan tanah lapang adalah alteratif terakhir.

Perihal kebelet ini, tak usahlah kalian tahu kelanjutannya. Tak usah kalian tahu kelanjutan bahwa aku sempat berheti di SPBU namun WC-nya sedang ditutup secara keji oleh orang tidak bertanggungjawab. Tak usah kalian tahu bahwa aku menahan kebelet dari SMAN 10 sampai ke Benteng Fort Rotterdam yang butuh satu jam perjalanan. Tak usah kalian lihat ekspresi saat kebelet itu akhirnya tersampaikan.

***

Makassar International Writers Festival, kalau Kalian mau tahu adalah event tahunan. Keren yang menahun. Di sana hadir penulis-penulis yang kerennya mengerikan: Aan Mansyur, Dewi "Dee" Lestrari, Bernard Batubara, Sapardi, Joko Pinurbo, dan aih, masih banyak lagi. Pokoknya: Makassar International Writers Festival adalah surga kecil untuk para pecinta literasi. Ah, akhir Juni yang istimewa.

Akhirnya sampai juga aku di sana setelah dua tahun tidak bisa menghadirinya. Aku berangkat sendirian sebab yakin di sana pasti akan ketemu dengan orang-orang yang kukenal. Benar saja, di sana aku ketemu Nunuu, si pemilik blog Cumi-cumi itu. Aku juga ketemu Ran yang secara misterius sedang ada di Makassar. Aku juga berkesempatan kopi darat dengan Jihan, blogger yang kedalaman lesung pipinya menyamai dalamnya kerinduan.

Makassar International Writers Festival akan mengenalkan wajah Makassar yang berbeda dengan yang biasa kau lihat di televisi. Terlebih bagi kau pecinta literasi dan puisi. Aih, tahu apalah aku tentang puisi?

Lalu kami duduk di sana, bersila di atas karpet yang terbuat dari rumput dan atap yang terbuat dari langit. Hiasannya bintang pula. Menghadap panggung dipentaskannya puisi-puisi dan literasi. Di atas panggung dipentaskannya kerinduan pada sajak-sajak. Di atas panggung, kecintaan dan kerinduan pada bahasa didendangkan menjadi satu, sungguhpun, Makassar International Writers Festival adalah puisi, dan kita semua adalah bait di dalamnya.

Makassar, 1 Juli 2013
Pulang dari Makassar International Writers Festival
4/ 5
Oleh

2 komentar

  1. dan tak usah kalian tahu bahwa kak Tyar akhirnya pipis di WC yang menyeramkan nan gelap ^_^v

    BalasHapus
  2. hahaha 1 jam menahan bolehlah :D

    BalasHapus

Halo! Terima kasih sudah meninggalkan komentar. Mohon maaf untuk sementara, komennya saya moderasi dulu ya karena banyaknya komen spam yang masuk.
EmoticonEmoticon