Un-Live Report Futsal

Un-Live Report Futsal

Saya jarang berolahraga. Jujur saja, sejak lulus dari SMA sekitar dua bulan (baca: tiga tahun) yang lalu, saya tidak lagi ruitn berolahraga. Waktu SMA, saya memang rutin berolahraga tiap minggu, itupun memang karena ada jadwal pelajaran olahraga. Oh, Kawan. Ketahuilah - Dulu saya suka mata pelajaran olagraga terutama dalam bidang atletik: lari, lompat, dan lempar. Kalau lari kita tinggal lari, lompat tinggal lompat, dan melempar tinggallah melempar. Tidak butuh skill khusus yang bagaimana-bagaimana. Yang paling susah Loncat Harimau. Saya pikir cuma siswa dengan bakat pemain sirkus saja yang bisa melakukan gerakan dahsyat ini.

Tadi malam teman-teman saya sesama alumni PMR SMAN 5 mengajak main futsal. Sebenarnya dulu saya sangat suka bermain sepakbola, tapi itu dulu. Dulu sekali waktu saya masih di bangku Sekolah Rakyat, eh Sekolah Dasar. Awalnya saya malas, tapi karena sudah lama sekali tidak berolahraga, saya akhirnya mengiyakan juga. Saya akan ikut main futsal, apapun resikonya.

Tiba-tiba saja saya sudah ada di lapangan futsal, jujur saja saya tidak tahu mau ngapain, menonton sepakbola saja malas, ini malah disuruh main. Oh, Kawan, padahal di extended family saya sebenarnya banyak sekali pemain bola yang hebat. Paman dan sepupu saya pernah bahkan sering membawa tim sepakbola kampungnya kami di kejuaraan yang antar kampung juga dan sering menang. Bapak saya pun penggila sepakbola yang sangat berbakat. Berbakat jadi reporter. Iya, bapak saya dulu waktu masih tinggal di kampung adalah reporter sepakbola yang terkenal - di kampung juga. Jangan heran, waktu pertandingan Malaysia melawan Indonesia beberapa waktu lalu, bapak saya tidak mengomentari pertandingannya, malah mengomentari reporter dan komentatornya.

Lihat! Saya ada di tengah lapangan futsal berkostum paling necis: Kaos coklat, celana jeans, dan bersepatu. Tanpa babibu, saya langsung mengambil posisi paling strategis: Penjaga Gawang alias kiper. Oke, ada dua alasan mengapa saya memilih menjadi kiper:
  1. Tugasnya jelas.
  2. Saya tidak tahu mau ngapain lagi.
Tugas kiper itu jelas, mengamankan bola jangan sampai masuk ke gawang, bagaimanapun caranya. Kalau perlu, pasang beton di depan gawang! Yang paling penting dari menjadi seorang penjaga gawang adalah, kita harus tetap tenang bagaimanapun kondisinya, siapapun yang menguasai bola, dan bagaimana kerenpun penyerang yang mencoba merobek jala yang kamu jaga, seganteng apapun dia. Tapi alasan sebenarnya saya memilih menjadi penjaga gawang adalah penjaga gawang itu punya zonanya sendiri, kotak penalti namanya, ibaratnya itu kamar, jadi kita tetap punya privasi dan berhak ngapain saja di sana. Di dalam kotak penalti saya merasa nyaman, tenang, dan damai *Musik merdu terdengar perlahan*

Akhirnya saya sudah berdiri di sana, sebagai penjaga gawang. Kalau saya yang berdiri di sana, gawang kelihatan menjadi sedikit lebih besar dikarenakan postur saya, lapangan futsal juga jadi kelihatan lebih besar, bola kelihatan jadi lebih besar, pemain cadangan juga jadi kelihatan lebih besar, pemilik lapangan futsal jadi lebih besar, semuanya!

Permainan dimulai. Dengan cepat bola beralih dari kaki ke kaki, dari hati ke hati, dari pinggir ke tengah, sekali keluar lapangan, masuk lagi, tiba-tiba sudah ada di depan gawang yang sedang saya jaga, saya maju, bolanya juga, bolanya melesat, dengan tenang lewat bawah kedua kaki saya, OH! Kebobolan.

Kick off dimulai lagi, saya lebih fokus lagi. Kali ini tidak boleh kebobolan lagi. Sesekali saya bergerak ke sana kemari, biar dibilang tidak makan gaji buta. Ke kiri - ke kanan, tim kami menyerang, saya semangat. Dipatahkan, serangan balik, Gawat! Saya memperbaiki posisi, berdoa, saya ingin shalat tahajjud lebih dulu tapi tidak mungkin, bolanya semakin dekat, saya maju lagi, bolanya juga maju, dan sungguh memalukan, bolanya masuk lagi dengan cara yang sama. Saya dibuat bertelur! Sial. Sebuah permainan yang cepat. Kalau melihat aksi saya pada malam itu, Kalian akan teringat pada anak-anak SD yang mencoba menangkap ikan di selokan dengan menggunakan baki yang dicuri dari dapur. Tim kami diganti karena sudah kebobolan dua kali.

Permainan kedua dimulai, saya kembali ke gawang. Kali ini saya harus lebih fokus lagi, kali ini tim kami bisa bertahan lebih lama, gawang saya tidak kebobolan untuk waktu yang lama. Bukan karena saya yang makin jago, tapi karena pemain belakang yang pada bekerja ekstra. Hingga pada akhirnya kami kebobolan karena pemain belakang tim saya yang terlalu besar sehingga menghalangi pandangan. Bola masuk dengan sangat tenang dari atas.

Permainan baru jalan seimbang di permainan ketiga, akhirnya saya berhasil melakukan beberapa penyelamatan yang tidak gemilang. Sebab dalam tim apapun itu tidak ada tugas yang remeh. Every man for his team. Jika ingin tim berhasil, cukup memastikan tanggung jawab masing-masing telah dilaksanakan dengan baik, kepercayaan terhadap tim menjadi mutlak. (Ngomong apa saya barusan?).

Oh, saya tidak tahu bagaimana cara menutup postingan ini. Oh iya, postingan saya sebelum ini. (klik di sini kalau mau baca/pengumuman di sini) ditetapkan sebagai  juara favorit. Saya senang, bahkan senang sekali akhirnya setelah hampir empat tahun nge-blog, blog ini bisa berprestasi juga akhirnya.

Dan oh, rencananya saya juga akan bikin lomba blog dalam waktu dekat ini. Ini sedang mencari hadiah yang cocok, anggap saja sebagai bentuk terimakasih dan pemantik semangat bagi diri sendiri lewat orang lain. Hehehe *tertawa syahdu*. Pada ikutan ya?!
"Iya, Tyar!"

Makassar, 25 April 2012
Sambil sesekali menonton Jungkir Balik Dunia Sissy di SCTV
Senang Putri Titian. Ingin kenalan.
Un-Live Report Futsal
4/ 5
Oleh

16 komentar

  1. oh Tuhan, knapa sy membaca ini. sy khilaf Tuhan. maafkan saya...*lompat dari fly over*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha. Ini mi yang suka nongkrong di Flyover e!

      Hapus
  2. wah ternyata suka futsal kayak adek gue, dia juga kiper.
    salam kenal ya. :)

    BalasHapus
  3. Wah mau bikin kuis nih bang Tyar
    Kalau boleh Fridi kasih saran, hadiahnya rumah, mobil, uang tunai 50 Milyar dan cintanya Dara The Virgin :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah. Kalau hadiahnya itu mah kegedean. Tunggu saya kaya dulu dong?

      Hapus
  4. Sebenarnya ada yang lebih terhormat daripada jadi Kiper, kenapa tidak jadi pelatih saja? cukup teriak2 di pinggir lapangan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekalian saja suruh aku jadi pemilik lapangan futsal...

      Hapus
  5. sikulu', pergiko main futsal pade. Padahal teman2 les balet pada nunggu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyyo, Gang. Na cari meka' mami Ningsih.. Minta maaf ka'. Minggu depan datang ma' itu.

      Hapus
  6. WOOOYYY TYARRRRRRRRRRRRR!!!! APE KABAR LO?! gue masuk ke profile blog lo sempet pangling, cantik juga nih cewek... eh apa emang itu cewek?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ocky...
      Lama sekali kita tidak kontakan... Dan dialog pertamamu adalah itu...
      Tadinya kabar gw baik, tapi setelah lo tanya kayak gitu jadi -_____-

      Tyar yang misterius, dengan akun anonim...

      Hapus
  7. idiiiih cowok-cowok engga bisa main bolaaa :p
    harusnya, kemaren milih jadi supporter aja. modalnya cuma gedombrengan hihihihi :D :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan nggak bisa, Pungkyy...
      Kalau saya serius nanti nggak enak sama yang lain, kurang bisa mengimbangi kemampuan saya... Jadi suporter -__-

      Hapus
  8. Kuisnya mana Tyar? kuis kuis kuis #BanciKuis
    :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahaha. Ane galau tuh ama kuisnya. Kalau bikin kuis tanggal 4 Juni nanti ane udah KKN -___-

      Hapus

Halo! Terima kasih sudah meninggalkan komentar. Mohon maaf untuk sementara, komennya saya moderasi dulu ya karena banyaknya komen spam yang masuk.
EmoticonEmoticon