Sulawesi Selatan mengajakmu Jalan-jalan

Sulawesi Selatan mengajakmu Jalan-jalan

Adalah malam yang Indah pada waktu itu, ketika saya sedang mengendarai sepeda motor yang rodanya selalu ada dua itu demi menunaikan keinginan untuk membeli sate ayam. Jadilah saya ke sana, ke sebuah gerobak yang sudah melanggan saya,maksudnya saya sudah jadi langganannya karena sering beli di situ, karena enak, potongan daging ayamnya kecil-kecil lagi empuk.

“Sate ayamnya, Mas! Dua puluh ribu”, saya bilang ke Mas yang jualan.
“Oke, Mas!”, dia mengiyakan. Barangkali dia mengiyakan itu karena takut sama saya. Takut saya makan.

Makassar masa itu sedang musim hujan, kalau malam seperti, bulan dan bintangnya sering malu-malu. Senang sembunyi di belakang awan yang mendung. Seperti sekarang ini, awan-awan mendung siap mengguyur kota yang sering masuk TV karena berita kekerasannya ini, kota yang sering masuk TV karena aksi vandalisme mahasiswanya ketika berdemo ini.
Saya lalu duduk di sana, di bangku yang sengaja disiapkan untuk pembeli yang makan di tempat atau sekedar menunggu pesanan.

Sekitar lima menit saya duduk di sana, bertumpu pada pantat yang selalu setia berada di bawah ketika kita duduk. Hujan sudah mengguyur jalan yang sudah mulai sepi, menyebabkan basah, menyebabkan pejalan kaki berlari-lari, menyebabkan saya berteduh tidak beranjak dari tempat saya duduk.

“Hujan, Mas!”, kata Mas Sate memperingatkan. Barangkali dia kira saya tidak tahu kalau sedang hujan.
“Iya. Saya numpang berteduh, Mas!”, dia mengiyakan lagi. Barangkali memang takut sama saya.
“Udah lama tinggal di sini sini, Mas? Di Makassar.”, Saya tanya sebab saya tahu dia orang Madura. Itu, tertulis di gerobaknya.
“Iya, Mas! Udah lama, bertahun-tahun!”
“Betah nggak?”
“Iya, Mas! Betah! Rejekinya enak!”
“Masa’? Enakan mana sama kampungnya Mas?”
“Enakan di sini, Mas”, dia bilang sambil senyum
“Loh. Masa’?”
“Yah, maksud saya kerja di sini enak, Mas. Kalau di kampung saya, sate kan banyak, jadi yang beli sedikit. Kalau di sini, yang beli banyak!”
“Ohhh... Sama Makassarnya, seneng nggak?”
“Seneng saya tinggal di sini. Betah, Mas. Enak lah pokoknya”
“Kalau saya sering baca-baca itu, Mas. Di internet, soal pendapatnya orang-orang di luar Makassar. Katanya Makassar Rawan konflik, sering kacau, nggak aman, yah pokoknya begitulah!”, saya curhat ke Mas-nya.
“Itu karena mereka nggak tahu, Mas!” Dia bilang, kemudian duduk di samping saya. “Justru di sini lebih aman! Lebih nyaman! Kalau kacau itu kan Cuma sekali-sekali. Kalau di luar, hampir tiap hari ada pembunuhan, perampokan, sama pencurian. Lebih ngeri mana coba’! Lagian Makassar sama Sulawesi Selatan cantik banget, Mas! Mas pernah ke daerah Pare-pare? Di sana itu, Mas! Sebelah kanan gunung, sebelah kiri laut! Keren!”

Jadilah kami mengobrol, obrolannya jauh, dari Pantai Losari hingga Tanjung Bira, dari Pare-pare hingga kabupaten Takalar, sampai hujan bosan dan berhenti dengan sendirinya. Kemudian satenya saya bayar, motor saya nyalakan biar bisa membawa saya pulang untuk menikmati sate ayam yang sudah mulai dingin, semoga tetap enak.

Malam yang indah, yang membuat saya sekali lagi senang dan bersyukur tinggal di Makassar, di Sulawesi Selatan. Aduhai, South Celebes. I Love You.

Mereka yang sering bilang Makassar adalah kota yang buruk citranya, yang kasar orang-orangnya, yang bodoh mahasiswanya, pastilah belum pernah ke Makassar. Cobalah jalan-jalan ke sini, di Provinsi Sulawesi Selatan, di tanah kelahiran Sultan Hasanuddin dan BJ Habibie. Aduhai, janganlah khawatir soal tempat wisata, tempat wisata di sini banyak sekali dan menyenangkan. Belum percaya? Iya, izinkan saya pada postingan kali ini berbagi tentang provinsi yang sudah saya minum air darinya selama dua puluh satu tahun ini.

Daerah Wisata
Pantai Losari





Ini pastilah sering kalian lihat di televisi. Pantai losari itu seperti taman kota kalau saya boleh bilang, sebab pantai ini memang ada di kota. Setiap akhir pekan, pagi atau sore selalu ramai oleh orang-orang yang ingin olahraga, memotret, atau duduk-duduk di bawah pohon palm sekedar untuk menghabiskan waktu bersama orang yang kita sayangi sambil menikmati cahaya matahari yang datang dari belakang ketika pagi, dan berenang tenggelam tepat di depan ketika sore yang menjadikan lautnya menjingga.

Tanjung
Pantai Losari itu serupa pintu. Kalau belum tahu, di Pantai Losari itu tidak ada pasirnya, bangunannya berbatasan langsung dengan laut, barangkali memang sengaja dibangun seperti itu. Kalau ingin menikmati pasir, masuklah ke dalam lagi, di sana, di rentetan tanjung dengan berbagai nama untuk menikmati laut, pasir, ombak, dan matahari terbenam lebih dekat lagi.

Trans Studio Theme Park
Sangat dekat dari Pantai Losari dan Tanjung, barangkali sudah sering lihat di TV tentang theme park indoor terbesar di dunia ini. Saya sendiri sih baru satu kali main ke sana, aduhai, hal-hal yang menyenangkan tentang theme park ini bukan mitos. Waktu itu saya menyempatkan diri main di wahana roller coaster dan apa itu namanya, perahu yang meluncur kencang sekali, menyebabkan kemeja saya jadi agak basah waktu itu. Oh, jika ada kesempatan, saya sangat ingin main ke sana lagi, dan kalau boleh – gratis.

Fort Rotterdam
Ada Danbo di depan Fort Rotterdam :)
Masih berdiri dengan kokoh sejak zaman Balanda hingga kini. Saksi sejarah dan perjuangan kota Makassar yang kini dibuka untuk umum. Memasuki benteng ini, rasanya seperti kembali ke zaman Belanda dulu, arsitektur yang klasik dikelilingi oleh benteng tinggi, dingin, dan kokoh. Di tengahnya ada sebuah panggung yang dikelilingi taman. Cocok untuk jalan-jalan wisata sejarah atau sekedar foto-foto narsis hingga pemotretan serius. Jika haus, di luar benteng Fort Rotterdam berjejer pedagang es kelapa muda yang segar lagi murah. Cukup tujuh ribu rupiah saja, dan kita bisa memilih kelapanya disajikan di gelas atau utuh dengan bijinya. Saya lebih senang utuh, alami rasanya. Kalau sudah selesai minum, boleh minta dibelahkan untuk menikmati daging buahnya yang tipis-tipis.








Bantimurung

Bantimurung: A Natural Runaway


Narsis dulu di blog sendiri. Gak mau kalah keren sama sungai
Salah satu tempat wisata favorit saya. Berlokasi di kota Maros, sekitar dua jam perjalanan dari kota Makassar. Ada apa di sana? Ah, bukanlah apa-apa. Hanya pegunungan kapur (kartz) yang menempati urutan terindah nomor dua di dunia, hanya situs purbakala yang menjadi bukti kehidupan manusia zaman dulu sekali sejak manusia belum mengenal tulisan. Hanya air terjun yang lebar sekali yang membentuk sungai yang membelah dua gunung kapur yang tinggi dan dingin. Dan hanya gua kapur yang bisa dijelajahi dengan bebas dan gratis. Jangan lupa bawa lampu senter. Masih ada apa lagi? Bukan apa-apa, hanya museum kupu-kupu dengan varietas yang banyak sekali. Untuk oleh-oleh, gantungan kunci menjadi oleh-oleh paling terkenal di sini. Gantungan kunci yang di dalamnya ada kupu-kupu dan serangga beragam warna.


Tanjung Bira






Tanjung Bira: Langit Biru, Laut Biru, Pasir Putih


Ah. Ini sengaja saya simpan terakhir sebab paling jauh. 200km jauhnya dari kota Makassar. Butuh kurang lebih empat jam perjalanan dari kota Makassar yang melelahkan, tapi percayalah, sampai di sana, lelahmu akan hilang. Hilang bersama deburan ombak kecil-kecil dan tenang lagi jernih yang bergantian menyapu pasir putihnya yang seakan-akan memanggilmu, mengajakmu bermain melupakan usia, melupakan urusan kerja dan kantor, menyatu bersama alam, keluarga dan sahabat. Mengadu tawa dengan laut dan langit.
Oh, belum cukup sampai di situ, jika ingin, kita bisa menyewa sebuah speedboat untuk bermain agak ke tengah laut menikmati biota-biota bawah lautnya yang (serius) bisa dibikmati dari permukaan air. Tidak percaya?

Aduh, itu baru enam dari sekian banyak. Saya belum bercerita tentang Malino, belum daerah Takalar, belum Taka Bonerate, oh nantilah jika saya sempat ke sana, akan saya ceritakan lagi di blog ini.

Kuliner
Fith, teman saya yang baru saja lulus dari STAN Jakarta berulang kali cerita, teman-temannya di sana banyak yang bilang kalau kuliner khas Makassar itu pada enak-enak, bahkan ada yang bilang kuliner Makassar adalah kuliner paling enak yang pernah dinikmatinya. Ah, itu tidaklah berlebihan kalau boleh saya bilang. Jika kau tanya apa yang bisa dinikmati di sini. Berikut ini adalah kuliner khas yang paling saya gemari:

Coto Makassar
Makanan tradisional yang paling saya gemari dan selalu saya sempatkan untuk nikmati minimal sekali seminggu (Sebelum postingan ini diterbitkan, saya sempatkan makan coto dulu biar total). Apa itu coto? Apa bedanya dengan soto? Nah, Coto adalah masakan berkuah agak kental berisi daging sapi dan bagian-bagian selain daging: Lemak, jantung, hati, paru, lidah, dan pipi. Iya, banyak ya? Banyak dan mungkin terdengar aneh. Tapi cobalah sekali. Rasakan potongan dagingnya yang lembut disiram oleh kuah yang kaya rempah. Oh, satu mangkoknya yang kecil memang selalu terasa kurang. Harganya? Rata-rata hanya delapan ribuan saja.

Pisang Epe’
Pisang mentah yang dibakar lalu dipipihkan. Dilumeri gula merah dan jika suka, bisa minta ditambahkan keju dan coklat. Saya sendiri biasanya menghabiskan dua pisang epe’, soalnya kalau kebanyakan bisa eneg karena begitu manis. Pisang epe’ keju favorit saya.


Pisang Ijo
Ah, kalau yang satu ini sudah ke mana-mana, kalian pastilah tahu pisang ijo ini yang bagaimana bentuknya, yang bagaimana rasanya.

Ah, pokoknya Makassar adalah surga bagi para penikmat kuliner, jika ingin jajanan tradisional lebih variatif lagi, datanglah di bulan Ramadhan, dijamin di pinggir jalan akan bertebaran penjual jajanan khas Sulawesi Selatan, mulai dari pisang ijo, jalangkote’(pastel), roti panada, putu, bingka’, pallu butung, ah pokoknya banyak jika mau diuraikan satu per satu!

***

Iya, itu sedikit tentang Makassar dan Sulawesi Selatan dengan beberapa tujuan wisata dan kulinernya. Barangkali yang terkenal memang baru Pantai Losari dan Trans Studio. Padahal masih banyak sekali potensi wisata yang indah sekali.

Bagaimana mempromosikannya?
Misalnya begini, ketika kita punya restoran, meskipun masakan dari katering kita yang paling enak, tidak lantaslah restoran kita menjadi ramai. Maksudnya? Iya, dibutuhkan promosi yang tepat untuk menjadikan restoran kita ramai pelanggan. Barangkali begitu pula Sulawesi Selatan sekarang. Lihat sendiri dong tadi, objek wisata dan kuliner yang saya tuliskan di atas. Nah! Sekarang tinggal bagaimana mempromosikannya? Well, saya sih berani bilang, promosinya tidak usah besar-besaran. Sederhana saja, cukuplah langkah-langkah kecil yang penting konsisten dan kontinyu. Kalau boleh memberi saran, izinkan saya menyampaikannya:

LUPAKAN TELEVISI!
Iya, LUPAKAN TELEVISI! Saya ulang sekali lagi biar jelas: LUPAKAN TELEVISI! Kenapa? Oh, begini. Selain mahal, promosi lewat televisi tidak bisa sering-sering. Cuma sekali-sekali saja. Alternatifnya? INTERNET! Hey! Tunggu! Jangan buru-buru close halaman ini dulu, saya punya alasan kenapa harus memanfaatkan internet. Berbeda dengan televisi, internet yang bisa diakses dari mana saja dan perputaran informasinya sangat-sangat cepat. Coba saja bayangkan (membayangkannya sambil minum teh atau kopi akan lebih khusyuk), ada seorang wisatawan yang ingin mencari informasi soal daerah tujuan wisata di Sulawesi Selatan, tidak mungkinlah dia menghabiskan sepanjang harinya menunggu tayangan wisata yang dibutuhkannya di televisi. Sampai anak cucunya sudah pada sarjana, barangkali informasi yang ditunggunya belum tayang juga. Berbeda dengan internet: Satu klik saja dan JRENG! Muncullah informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber! Untuk mendukung itu, sebaiknya untuk setiap kawasan wisata perlu dibuatkan situs web yang menampilkan foto dan layanan-layanan di dalamnya. Dibuat dengan tampilan yang menarik. Oh, jangan lupa tampilkan foto dan testimonial pengunjung, terutama wisatawan asing yang tentu saja akan meningkatkan nilai jual daerah wisata yang dimaksud. Sehingga dengan begitu, calon pengunjung dapat lebih dahulu "melihat-lihat" sebelum akhirnya "mengalami"-nya :)


Gandeng dan Libatkan komunitas lokal
Komunitas lokal serupa Komunitas Blog Angingmammiri, DaengKops, LevitasiHore Makassar, komunitas fotografer Performa, dan komunitas-komunitas lain adalah komunitas yang yakin saja, memiliki antusias untuk turut serta dalam mempromosikan daerah wisata Makassar dan Sulawesi Selatan.

Berdayakan Blogger (penggiat blog) dan Penggiat Twitter
Blog dan Twitter bukan lagi menjadi barang asing bagi masyarakat Indonesia. Para penggiat blog dan twitter berkualitas pun sangat banyak bertebaran di jagat internet. Sebut saja akun @hurufkecil dan @supirpete2, penggiat twitter asal Makassar yang sudah dikenal luas. Blogger pun banyak, para Blogger AngingMammiri juga banyak yang berkualitas (semoga saya juga termasuk di dalamnya). Kenapa tidak melibatkan para penggiat ini? Caranya banyak sekali, mengadakan lomba semacam ini adalah salah satunya. Hingga tulisan ini dibuat, sudah ada lebih dari lima puluh peserta lain yang sudah mendaftarkan postingannya terlebih dahulu. Promosi yang cukup lumayan.
Cara selain lomba? Oh, jika boleh saya sarankan, berikan kesempatan kepada para penggiat blog dan twitter yang trafficnya tinggi, Hadiahi mereka paket wisata gratis! Iya, HADIAHKAN MEREKA PAKET WISATA GRATIS! Saya ulangi sekali lagi: GRATIS, jika perlu, berikan uang jajan.
Gratis? Ah! Bukankah itu boros?!” Ah, jangan pelit begitu! Sebagai gantinya, minta saja mereka mengeposkan pengalaman mereka berwisata nanti pada blog dan twitter. Uang yang dikeluarkan akan sebanding dengan promosi yang nantinya akan mereka lakukan, nanti biarkan followers-followers mereka membacanya dan merekomendasikan ke teman-temannya, dan biarkan internet menjalankan "magic"-nya.

Cukup sederhana dan efektif bukan? Jika promosi sudah digalakkan, kita imbangi dengan perbaikan sarana dan prasarana yang menunjang dan BOOM: Welcome To South Celebes :)

Postingan ini diikutsertakan dalam Lomba Konten Blog “Strategi Pengembangan dan Promosi Wisata Sulawesi Selatan” oleh Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulawesi Selatan. Doakan menang yaaaa #Kiss

Sulawesi Selatan mengajakmu Jalan-jalan
4/ 5
Oleh

10 komentar

  1. Saya tidak menyangka akan sepanjang ini!!! malas baca T.T tapi intinya saya malas bawa orang jalan-jalan kesini, habis ragu devisa itu akhirnya lari kemana :(

    BalasHapus
  2. wahh, ternyata di tanjung bira juga ada penangkaran hewan langka yah.. nggak nyangka..
    eh, tyar, itu platipusx asli bulukumba juga??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu bukan platipus, itu juga bukan penangkaran... Itu teman aneee (-.-)

      Hapus
  3. wah, keren nih postingan, sukses deh buat lombanya.. mampir yuk http://abortusjahilius.blogspot.com/ :D

    BalasHapus
  4. Good luck ya...semoga menang..amin...

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Terimakasih supportnya ya, Semua. Postingan ini Alhamdulillah menjadi satu dari lima tulisan favorit :)
    Terimakasih sekali lagi. Hehe.

    BalasHapus
  7. salam kawan....saya dari Aceh dan pernah ke Sulewesi Selatan tahun 2010, objek wisatanya memang luar biasa...saya pernah ke Bone, Bantimurung dan Kota Makassar...wow...its beautiful.....apalagi bantimurung.....surganya kupu-kupu...memang terasa indahnya ciptaan Tuhan....really miss to come back to Sulsel...

    eh....jangan lupa main2 ke wisata online di Aceh ya...:)
    wisata Aceh


    http://www.zamzamizainuddin.com/2012/10/berwisata-ke-tanah-rencong-aceh.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ditunggu kedatangan berikutnya ke Sulawesi Selatan, Mas Zamzani :)

      Hapus

Halo! Terima kasih sudah meninggalkan komentar. Mohon maaf untuk sementara, komennya saya moderasi dulu ya karena banyaknya komen spam yang masuk.
EmoticonEmoticon